Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Peringkat 9 Kualitas Udara Terburuk Dunia, Jakarta Butuh Connector Parks?

3 Januari 2022   21:47 Diperbarui: 5 Januari 2022   19:11 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu artinya jika hujan tak berhenti selama satu jam saja, maka bisa dibayangkan berapa jumlah air di Ibukota yang akan bertambah secara mendadak. (climate4life.info). Banjir Kanal Barat (BKB) yang sudah dirancang sejak tahun 1922 atas ide Prof. Dr. Herman Van Breen hanya kuat bertahan empat dekade, dengan begitu cepatnya pembangunan Jakarta dan selanjutnya menjadi kota langganan banjir. 

Bagaimana dengan kekuatan Banjir Kanal Timur (BKT), yang juga dirancang konsultan dari Belanda, Nedeco antara tahun 1972-1973?. Sanggupkah mereka menampung beban itu?.

Dalam International Architecture Biennale Rotterdam (IABR) 2009, seorang arsitek asal Indonesia Adi Purnomo, dan koleganya dari Universitas Pelita Harapan, dengan proposalnya Let's Catch The Water! Jakarta Sponge City menulis sebuah anjuran agar semua lapisan masyarakat untuk aktif terlibat menyediakan air bersih untuk Jakarta. 

Kota yang setiap tahunnya kekurangan pasokan air bersih hingga 1.028.000.000 m3, sementara total curah hujan dalam kurun waktu yang sama mencapai 2.973.000.000 m3. Bayangkan!. (Avianti Armand; 88)

Sebuah Jalan Tengah?

Connector Parks adalah bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau arboretum, sebagai salah satu langkah represif, respon dalam sistem perencanaan dan perancangan kawasan perkotaan, desain perkotaan yang mempertimbangkan sistem iklim. 

Misalnya dengan preservasi dan akuisisi ruang hijau, berupa benchmark untuk menggambarkan penggunaan lahan untuk RTH, menghindari soil capping, ketika membangun mempertimbangkan ruang hijau dan ruang air. 

Roof greening, memanfaatkan atap roof top sebagai ruang hijau, dan taman atau facade greening di setiap bangunan baik perkantoran, bangunan komersial maupun rumah tinggal sebagai bagian dari penentu iklim mikro perkotaan.

RTH bagi sebuah kota adalah paru-paru kota. Semakin banyak RTH, akan mendukung sebuah kota yang sehat atau Green City. Kita harus memikirkan tentang bagaimana dampak perubahan iklim yang sedang berlangsung terhadap masa depan tata ruang kota kita.

Sehingga penting bagi kita memahami bagaimana mengeksplorasi pengetahuan tentang pembangunan kota-kota baru dapat memenuhi kriteria untuk mitigasi dan tujuan-tujuan adaptasi.

Penting dipahami, misalnya bagaimana penggunaan teknologi bahan kedap air untuk meningkatkan daya tahan bangunan, bagaimana penggunaan bahan yang dapat mendukung serapan air tanah. Maupun sistem drainase yang baik yang dapat mengatasi masalah banjir di perkotaan. 

Termasuk konsep bangunan perkantoran atau bangunan komersial yang efisien yang dapat merespon positif pemanasan yang meningkat di perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun