Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sehari Narik Busway Dapat 30.956 Penumpang

22 Desember 2021   00:17 Diperbarui: 26 Desember 2021   03:14 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bisnis.com

Awalnya saya pikir menulis terlalu kritis bisa kena batu sandungan. Tapi melihat begitu banyak sisi gelap dalam kehidupan para pekerja di Transjakarta alias busway, membuat saya memutuskan untuk meneruskan niatan itu.

Maka pada tanggal 16 Desember 2021, saya memutuskan untuk mulai "narik" busway sebagai kendaraan dalam muatan artikel saya; yang masuk dalam Tren Pekan Ini;  artikelnya bisa dibaca disini.

sumber foto: dokpri diolah dari kompasiana
sumber foto: dokpri diolah dari kompasiana

Dunia Gelap "Busway" yang Tidak Kita Ketahui, 

Opini itu ternyata menjadi viral dengan 30.000 lebih pembaca. Sebuah kebetulan yang luar biasa, karena kejadian viralnya opini itu , bertepatan dengan jelang ulang tahun saya di tanggal cantik, 21.12.2021 hari ini. Sehingga saya bersyukur dengan berkah itu dan saya anggap ini sebuah "kado" dari Tuhan yang memberi pelajaran dan hikmah.

Dalam opini itu, saya menuliskan apa saja fakta yang ditemukan dan menuangkannya dalam paragraf-paragraf sedikit panjang. Berharap isu ini akan menjadi perhatian banyak orang, sehingga setiap orang peduli dengan nasib mereka. Semuanya tentang "sisi gelap" busway, sebagai sebuah perusahaan plat merah, milik Pemerintah. 

Tentu ulasan ini dimaksudkan agar, suara yang jauh ini bisa didengar dan bisa menjadi masukan bagi perbaikan masa depan tata kelola busway. Tanpa tendensi apapun, tetapi jika dimaknai sebagai sebuah kritikan, saya pikir selama itu membangun tentu menjadi sebuah kebaikan  bagi saya.

Pada hari pertama saya "narik" busway, awalnya pada jam-jam pertama, hanya ditumpangi (dibaca) oleh ratusan orang. Memasuki jam kedua ada 4.000 pembaca menyusul, dan selanjutnya penumpang semakin membludak hingga, 10.000, melompat dalam beberapa jam menjadi 20.000, dan menjelang sore jumlah pembacanya menjadi 30.000. Hingga malam hari di tanggal yang sama, "penumpang" busway sudah mencapai 30.956 pembaca.

Tentu saja saya merasa shock dan gembira sekaligus, setelah perjalanan panjang menulis di kompasiana, opini saya mendapat respon positif dari seluruh pembaca kompasiana dan siapapun yang berada dalam jangkauan  artikel tersebut. Meskipun keinginan menulis lebih sebagai wujud curhat dan passion. 

Terutama di halaman depan Tren Pekan Ini, dan dihalaman pertama Google Platform. Sehingga memungkinkan para pembaca dapat mengakses opini itu sebagai bahan  bacaan, syukur jika bisa memberi manfaat. 

Meskipun seperti biasa, beberapa platform asing, membajaknya, dan menjadikan opini dalam medianya secara diam-diam. Bahkan  sebuah media pemberitaan berbasis video, menggunakan materi tulisan saya sebagai isi kontennya di YouTube, dengan judul yang sama; Dunia Gelap "Busway" yang Tidak Kita Ketahui (versi YouTube).

sumber foto: dokpri diolah dari kompasiana
sumber foto: dokpri diolah dari kompasiana

Di satu sisi plagiasi itu menjadi kerugian dalam konteks pencurian hak cipta karya orang, namun disisi lain saya memetik hikmahnya, bahwa tulisan itu ternyata memiliki materi yang bermanfaat. 

Semakin banyak orang yang bisa mengakses sebenarnya juga sebuah keuntungan, karena bisa menjadi medium perantara perbaikan sistem di "dunia busway" yang kelam agar mendapat perhatian.

Dampak ikutan positif lainnya, di kompasiana sendiri, menjadi berkah karena jumlah peminat tulisan opini meningkat secara sangat signifikan dan menjadi stimulan positif dalam kerja-kerja saya menghasilkan karya yang lebih baik dan bermutu.

Kejadian itu memberi saya banyak pembelajaran yang luar biasa;

Pertama; tentang sebuah komitmen untuk menulis isu-isu yang bersentuhan dengan harapan banyak orang. Memang menulis itu harus menjadi sebuah oase, untuk curhat, sehingga dalam menulis tetap harus gembira, tetapi tidak meninggalkan esensi dari menulis, minimal ada manfaat yang bisa diterima orang lain;

Kedua; Menulis tentang isu-isu yang lebih mendalam, menyentuh sisi-sisi yang mungkin tak banyak diketahui orang, dan menyuarakannya dengan objektif, dibarengi niat baik , sebagai pembelajaran; 

Ketiga; Meskipun tidak bombastis, namun semua aspek dalam penulisan harus mewakili sebuah cara penulisan yang, minimal mengikuti sebuah aturan main yang bisa memancing minat para pembaca. Judul, redaksi, ilustrasi, dan teknis seperti dianjurkan kompasiana.

Keempat; Kompasiana menjadi sebuah ruang pembelajaran jurnalistik yang sangat luar biasa, kompetitif, tapi penuh dengan kepedulian dan kekeluargaan. Sebuah perhatian atas sebuah karya, menjadi stimulan yang dapat mendorong pemikiran lebih positif, berusaha menghasilkan karya yang lebih baik. Melalui para kompasianer yang telah melalang buana dalam ke-kompasianer-an, saya menemukan banyak ilmu baru yang luar biasa. Menulis tak sekedar menulis, namun ada esensi penting didalamnya, " kualitas dan manfaat:.

Tentu saja pencapaian saya yang sangat tak terduga sebagai imbas dari keinginan saya untuk selalu memperbaiki diri, mencari titik lemah, menguatkan gagasan tentang sebuah tulisan yang berkualitas, memahami fenomena dan lingkungan yang berubah dan mencoba menggali dan menuliskannya dalam sebuah tulisan yang baik.

Niatan itu disemangati sepenuhnya oleh kepedulian, atensi, masukan, dari keluarga besar kompasianer, senior dan junir, bahkan kompasianer debutan yang menjadi sahabat abru yang baik untuk saya.

Dalam waktu-waktu belakangan, ketika saya memutuskan untuk aktif menulis kembali setelah vacum dalam waktu yang lama, saya merasakan kompasiana sebagai ruang yang bisa menjembatani dan mewakili passion saya, antara keinginana untuk menulis, belajar, sekaligus menjadi bagian dari sebuah platform yang luar biasa.

Tentu saja di akhir tulisan ini, hanya ucapan terima kasih, semoga jalinan persahabatan dan impian kita untuk terus menulis tak pernah berhenti. 

Semua ini menjadi berkah tak terlupakan di hari spesial saya. 21.12.2021 ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun