"Ini ancaman guys", kata Fergy alias Ncess Nabati setiap kali nemu sesuatu yang menantang, di acara BIKIN LAPER, ancamannya bisa saja sambal pedes dower, atau makanan super enak. Tapi yang ini beda, ancamannya lebih pada "tabu", karena  arti kata "Tidak Menarik" lebih terasa sebagai kritikan.
Ikon tombol ke-6 yang ditambatkan admin-K di halaman BERI NILAI, "Tidak Menarik", masih muncul di beberapa tampilan ruang menulis kompasiana. Jangankan bagi Debutan, bagi Senior pun ini menjadi tombol tabu dan "ancaman". Mengapa?. Selain dibutuhkan kompetensi, jam terbang tinggi, juga urat humor yang kuat untuk bisa memencet pilihan menu itu. Bisa jadi Bung Alex Tani, Acek Rudy, Jepe Jepe atau Tonny Syiariel diantara beberapa para top yang bisa, dan "berkenan" mencet tombol itu. Â Tapi buat yang cuek, akan bilang, "biar saja tombolnya tetap ada, jangan di pencet kecuali tidak sengaja".
Kalau saya, model Kompasianer "Kangguru" yang suka melompat --lompat jam nulisnya, jelas tidak punya kompetensi dan kapasitas apapun. Artikel Pilihan masih kurang, Artikel Utama masih kering; Bens Leo, Dilema Milih ART; Istriku Seorang Guru;Â Sejuta Saudagar; Â Bahkan Tren Pekan Ini, Dunia Gelap Busway ,baru sekali seumur-umur sejak join dengan kompasiana (masuk 2011-aktif kembali 2020). Kecuali sekedar bilang, semangat terus menulisnya!. (ibarat nunjuk orang, satu jari menunjuk orang, empat lainnya menunjuk diri sendiri).
Berbeda jika para senior yang beberapa namanya saya sebut di atas, ketika mereka memilih tombol "Tidak Menarik", entah serius atau bercanda, akan ditangkap esensinya sebagai perbaikan atau sekedar guyon- Just kidding. Terus terang saya penasaran, siapa orang yang pernah berani memencet tombol "tabu" itu.Â
Bisa Jadi Bung Acek Rudy, tiba-tiba mencet tombol itu, ketika melihat konten terbaru Bung Tonny Syiariel, karena foto-fotonya selalu lebih dahsyat dari yang lain, hasil jepretan sendiri lagi. Dengan menambah komentar, "abis saya nggak bisa ngisi kolom foto hasil jepretan sendiri sambil jalan-jalan keliling negeri".Â
Kira-kira apa pertimbangan Admin-K, dulu ketika menelurkan ikon itu. Apakah agar ada tantangan dalam penulisan, jadi tidak sekedar asal menelurkan gagasan. Atau dimaksudkan agar, ada cara lain memberi penilaian untuk menyebut bahwa, "tulisan ini butuh perbaikan".Â
Barangkali demi sebuah objektifitas dalam sebuah karya, maksudnya meskipun cara pandang dan penilaian orang bisa subjektif, namun penilaian bisa dimaknai, tulisan kita harus diperbaiki, atau jika menyebutkan pilihan "Tidak Menarik", harus dijelaskan apa alasan ketidaktertarikan kita dengan sebuah karya tulisan teman-teman Kompasianer yang lain.Â
Atau pertimbangan, masa iya dari ribuan konten yang masuk setiap hari, tidak ada satupun yang bisa dikategorikan "Tidak Menarik." Jika saat ini atau sebelum ada tombol "Tidak Menarik.", tidak ada yang bilang tidak menarik, lebih karena kita berusaha semampunya menghargai selemah-lemah upaya kompasinaer lain untuk berkarya. Namun yang esensial akrena kita berbudaya ketimuran, yang penuh risih-ewuh pakewuh.
Atau Admin-K, mengajarkan kita tentang arti sebuah kejujuran, sebuah objektifitas, daripada berpura-pura dan muna. Semacam upaya agar para senior bisa mengajarkan kebijaksanaan yang dimilikinya, dibagi dengan adik-adik junior kompasianer, agar sepahit-pahit nasehat bisa ditelan untuk sebuah perbaikan.Â
Meskipun bisa jadi Jepe-Jepe dengan kritis akan bilang, "jangan sampai ada  cerita senioritas di Kompasiana!, karena bisa menimbulkan perpecahan. Bukankah Tuhan menciptakan mahluknya berbeda-beda bentuk, kemampuan dan "caranya menulis", agar menjadi hikmah bagi sesama?".
Mungkin ada yang kuatir dengan sebiji tombol "Tidak Menarik." bisa membuat perpecahan, friksi diantara para junior-senior Kompasianer. Karena ruang Kompasiana harus dibangun seperti rumah sendiri, keluarga  besar yang kompak. bahkan untuk membesarkan platform ini adalah buah kerja besar kita semua.
Rasakan betapa kita tersanjung jika Ibu Rose, tiba-tiba singgah di ruang seorang Debutan, dan meninggalkan pesan, "Selamat pagi Mas/Mbak/Dik Nganu, Terima kasih sudah berbagi tulisan inspiratif sarat pesan yang mendalam. Salam hangat selalu dan semoga sehat bersama keluarga tercinta.Â
Begitu dengan Pak Tjip yang tulisannya seperti air nggak habis-habis, dan siap dengan komentar baiknya (tidak bermaksud menafikan para senior lainnya-para penjelajah dan fanatik, Â nanti malah dikirimi komentar "pedas", dari Jepe-Jepe, Febrianov, Tony Felix, Febrianov gawat saya jadinya ha ha).
Saya tidak tahu apa saya yang telat informasi, atau memang Admin-K, masih menimbang perlu adanya tombol  ke-6 itu.  Karena para Debutan juga takut kalau sampai dapat tombol ke-6, rasanya pasti seperti dapat raport merah.
Mohon maaf jika ternyata kemunculannya ternyata karena masalah teknis semata, karena ada beberapa yang lupa diedit barangkali. . mari terus berkarya, berpikir positif, jangan ikutan kuatir seperti saya. Biarlah saya saja yang menanggung kekuatiran itu karena saya yang mikir dan menuliskannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H