thegrocier
Di setiap sisi pembangunan selalu ada ruang dan celah bagi kejahatan. Sebuah realitas yang jamak-namun tidak berarti bisa ditolerir dan kita lantas permisif dengan keberadaannya. Sebenarnya kejahatan , termasuk korupsi itu umurnya sudah setua umur manusia. Seperti yin dan yang, kejahatan dan kebaikan selalu saling berkelindan, bermusuhan dan selalu mencari jalan keluarnya. Tapi semakin maju, semakin canggih pula modusnya.
Apakah itu artinya fraud-kecurangan maupun kejahatan kecil bisa kita tolerir?. Ataukah justru melalui kejahatan kecil itulah koruptor kelas kakap belajar korupsi. Karena setriliun rupiah itu datangnya dari satu rupiah.
Dalam pembangunan yang ideal, pemerintah menjadi perpanjangan tangan rakyat untuk menjalankan amanah membangun. Sehingga masyarakat sangat berkepentingan langsung dengan output pembangunan itu. Sementara benefit dari proyek pembangunan, dalam realitas kekinian justru lebih diminati oleh sebagian elite, yang memiliki akses langsung.
Pangkal kekuatiran tidak lain, karena besarnya dana pembangunan yang tersedia dan harus diimplementasikan sedemikian rupa, sehingga berwujud output pembangunan yang strategis menjadi keharusan. Sebagai contoh, pembangunan pelabuhan yang bisa mendukung eksport-impor, jalan tol yang dapat membuka akses daerah isolasi, percepatan distribusi ekonomi, menarik para investor.
Pembangunan industri yang dapat membuka lapangan kerja dan memupus kemiskinan, rumah sakit yang bisa dijangkau semua lapisan masyarakat di semua tingkatan daerah, dan pembangunan infrstruktur lain yang harus terintegrasi, termasuk pembangunan desa. Kini dana desa yang luar biasa besarnya justru menjadi pangkal "bancakan" para petualang politik, koruptor yang semakin merajalela dan hirarkinya makin lengkap, dari Pusat, hingga Kepala Dusun. Ini fantastik!.
Salah satu penganggu pembangunan adalah tata laksana keuangan yang seringkali "diganggu" kepentingan yang "kasat mata". Perhatikan, apa saja persoalan keuangan di daerah yang seringkali mangkrak, tertunggak dan seolah tak pernah tuntas.