Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ketika Penyangrai Kopi Menciptakan Trend

9 Desember 2021   20:12 Diperbarui: 21 Desember 2021   14:05 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendorong sistem pertanian kopi organik yang menerapkan prinsip ekologi, keadilan dan perlindungan alam untuk kualitas kopi terbaik sebagai acuan standar. 

Konsistensi produk (organik dan non organik yang terpilah), parameter standar uji ketat, stimulus di hilir, mitigasi dan adaptasi teknologi untuk perubahan iklim dan proses rehabilitasi tanaman kopi di dataran tinggi Gayo di Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues hingga 1.350 hektar melalui sekolah lapangan, teknologi terintegrasi kopi dengan ternak dan bintek kopi milenial untuk peremajaan kopi arabika, dan program petani melek digital adalah sedikit solusi dan tantangan besar kita sebagai salah satu pemasok kopi di Indonesia dan dunia.

Meskipun parameter dan prasyarat tersebut ketat dan rigid, terutama dalam "memetakan" standar kopi, namun untuk dapat diakui dan bisa "bermain bebas" dalam gelombang kopi dunia, siap tidak siap kita harus melakukannya. 

Jika tidak mau tertinggal, bahkan oleh Vietnam, sebuah negara kecil dibanding luasnya Indonesia yang terus belajar menjadi "petani cerdas" dengan memanfaatkan digitalisasi teknologi untuk melejitkan semua potensi komoditas pangannya, termasuk kopi. Terbukti mereka berada di posisi pemasok kedua setelah Brazil dengan besaran 14,3 persen pasar kopi dunia.

Green Farm System, Dine-in dan Covid-19
Trend kopi gelombang ketiga dan Pandemi Covid-19, secara tidak diduga menjadi salah satu momentum kita me-reposisi industri dan me-revolusi perkebunan kopi kita dalam memproduksi dan memasarkan produk kopi.

Berubahnya parameter produk keluaran kebun kopi yang mengedepankan precision farming, post harvest handling, dan food safety, membuat kita harus memikirkan gagasan green farm system. 

Belajar dari kasus glyphosate dengan UE yang menjadi sinyal perubahan cara pandang dunia dalam melihat sebuah keluaran produk pangan yang ramah lingkungan. Apalagi kita menargetkan produksi kopi hingga769,7 ribu ton per tahun (lokadata-2019).

Di sisi lain, cara mengemas kopi karena larangan layanan dine-in, selama pandemi covid-19, mendorong keluaran produk ready-to-drink- kopi single origin dan roated beans siap seduh sebagai alternatif di kalangan produsen yang menyasar semua segmentasi pasar melalui e-commerce. 

Sebagai bagian dari dua trend besar kopi gelombang kedua dan ketiga yang tengah berlangsung, kita harus me-repositioning kopi Aceh menjadi bagian tak terpisahkan. 

Tentu saja dengan kerja keras mendorong sistem pertanian kopi organik yang menerapkan prinsip ekologi, sekaligus meluaskan pasar industri kopi dengan pelibatan petani cerdas dari kalangan milenial sebagai "penjaga" speciality kopi di negeri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun