Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ketika Penyangrai Kopi Menciptakan Trend

9 Desember 2021   20:12 Diperbarui: 21 Desember 2021   14:05 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://amankubacoffee.co.id/

Fokus Kopi Gelombang Kedua, dikaitkan dengan sumber asal muasal kopi, cara pemanggangan, dan pencampuran artisanal. Gelombang kedua memperkenalkan konsep negara asal yang berbeda untuk konsumsi kopi. 

Speciality coffee dari asal negara berbeda memiliki penggemar fanatik dan para profesional yang bersedia membeli dengan harga tinggi, terutama kopi di zona tropis, seperti halnya Kopi Gayo karena memiliki speciality yang berbeda yang ditawarkan dari setiap biji yang dihasilkan. Membawa kenikmatan kopi yang lebih luas pada bagaimana kopi dapat membuat pengalaman menikmati kopi menjadi lebih menyenangkan.

Sedangkan Kopi Gelombang Ketiga, lebih spesifik pada konsep "kopi spesial", bahkan merujuk pada biji kopi hijau-raw coffee beans (kopi mentah dan tidak dgonseng), sangat berlawanan dengan mainstream kopi komersial yang mensyarakatkan biji kopi berkualitas siap olah. Apakah "emas hijau" dari kopi Gayo organik bisa menjadi bagian dari trend baru ini?.

Kopi Organik Sebuah Prasyarat?
Lantas dimana posisi kopi Gayo, kopi Aceh kita dalam pusaran gelombang baru tersebut?. Apakah kita masih berkutat pada gelombang kedua yang mengandalkan speciality kopi sebagai kekuatan bargaining position?. 

Apakah kita sudah mulai melirik pasar kopi gelombang ketiga yang melihat kopi hijau (raw coffee beans) sebagai sebuah komoditas incaran yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi?.

Sebagai catatan di tahun 2019 saja, harga jual kopi Gayo (organik) berada di atas rata-rata harga kopi dunia. Sebagai perbandingan harga kopi dunia adalah 2,8 dollar AS atau setara Rp.39.000 per kilogram, sedangkan kopi Gayo dihargai, 5,5 dollar AS per kilogramnya untuk jenis kopi hijau. (popularitas.com). 

Alasannya tentu saja, karena organik, budidaya ramah lingkungan dan rasa spesial yang tiada duanya. Nilai ekspornya sekitar 970 ton per tahun, meliputi 65% pasar Uni Eropa dalam komposisi produk kopi non organik dan 35% untuk pasar Amerika Serikat sebagai produk kopi organik. (aceh.tribunnews.com)

Terlepas dari bentuk "tekanan" atau persaingan bisnis, euforia kopi arabika Gayo sempat terusik dengan munculnya kabar penolakan produk kopi Gayo di pasar Eropa seperti Inggris, Jerman dan Perancis. 

Penyebabnya, lantaran kandungan zat kimia jenis glyphosate sebesar 0,02 di atas ambang batas minimum 0,01 yang merupakan dampak penggunaan racun rumput (herbisida), yang membuat kopi Gayo tidak lagi disebut organik.

Sekalipun komoditas Kopi Arabika Gayo telah mendapat sertifikat Indikasi Geografis (IG) sejak 2016, namun untuk golongan kopi konvensional atau kopi Gayo Arabika sembarang yang tidak terlalu jelas asal-usulnya belum bisa diterima baik di pasar global.

Bagaimana kita bisa memenuhi berbagai persyaratan ketat pasar kopi dunia, yang menekankan pentingnya precision farming, post harvest handling, dan juga soal food safety agar masuk dalam kategor pasar kopi gelombang kedua dan ketiga?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun