Kancil tidak tahu kalau pak tani sudah menempelkan getah yang super kuat ke badan orang-orangan sawah supaya si kancil tertangkap.
Memang sudah berhari-hari kancil selalu saja mencuri apel di kebunnya. Pak tani sudah tak habis pikir bagaimana caranya menangkap si pencuri timunnya itu.
Maka ketika dilihatnya si Kancil menempel di boneka sawahnya, maka inilah saatnya membawa pulang dan memasak daging gulai kancil kesukaan istrinya.
Kancil di tempatkannya di kandang dekat kandang ayam. Dengan muka bandel, si kancil langsung membuat drama-berpura-pura gembira agar terlihat si ayam. Benar saja si ayam penasaran, "kenapa sih Cil, dari tadi senyum-senyum sendiri kaya kancil gila aja."
"Eits, tunggu dulu, bicara yang sopan dengan calon pangeran dong!". "Tahu nggak kalau sebentar lagi, aku akan diambil petani untuk dijadikan pangeran, makanya aku dijaga supaya tidak diambil orang, nggak diganggu kamu, karena kamu pasti jelous, iri kaaan?" .
"Masa sih, pangeran?. Memang ada pangeran kancil. Pangeran ayam kalliii adanya!. Apa nggak salah petani milih kamu, kenapa bukan aku. Lihat tubuhku berbulu merah menyala terang, warna-warni lagi, jengger di kepalaku juga besar dan keren. Belum lagi ini, coba lihat taji di kakiku setajam silet, tau!. Sedangkan kamu cuma-abu-abu, itupun agak buram-buram gimanaaa gitu!".
"Ya nggak tahu!, tanya aja sama pak tani". Pancing kancil yang merasa tipu muslihatnya bakal berhasil. "Atau begini saja, biar aku yang bilang ke pak tani, kalau kamu aja yang jadi pangeran. Tapi keluarin aku dulu. Bagaimana aku bisa bilang ke pak tani, kalau aku masih dalam kandang".
"Baiklah, kalo begitu," kata si ayam tanpa pikir panjang, sambil membuka pintu kandang, dan si kancil langsung keluar dengan riang. Kancil langsung menyuruh si ayam masuk kedalam kandang. "Tunggu ya sampai pak tani datang setelah aku panggil, pokoknya jangan ribut-ribut". Kata si kancil sambil berjalan, lalu berlari ke hutan meninggalkan ayam yang senyum-senyum sendiri, karena bakal jadi pangeran.
Tak lama pak tani datang membawa golok terasah tajam. Betapa terkejutnya ketika dilihat yang duduk manis dan senyum-senyum justru si ayam jago, bukan kancil.
Maka dengan  kencang pak tani berteriak, "awasssss kamu kanciiiil!!!. Benci-benci benci!", kata pak tani sambil marah, tapi sambil nangis juga, karena tidak jadi makan gulai kancil. "Ya, sudahlah, makan gulai ayam saja", kali ini justru ayam jagonya yang jatuh pingsan. The end.
Ia terbahak-bahak, duduk bersila dengan muka condong penuh antusias, "yaaaa, ceritanya kok cepet abis!". Dan aku bersiap mengarang si kancil dan buaya (versi milenial).