Walaupun menonton dari luar panggung ternyata gegap gempita dan debarannya terasa sampai ke Aceh. Penasaran siapa, mengapa terpilih akhirnya terjawab.Â
Maka selamat buat Mbak Dewi Puspa, Mas Tonny Syiariel, Indra Rahadian, David Abdullah, Guido Arisso, dan Koteka sebagai Best Community.
Ini sebagai sebuah rekaman peristiwa, jadi aku menulis sebuah catatan ingatan untuk diri sendiri. Pertama, untuk introspeksi karya sendiri, Kedua, untuk memotivasi diri sendiri. Bahwa, sekuat apapun di atas langit tetap masih ada langit yang lebih biru, maka pastilah harus terus belajar kuncinya.
Meskipun aku memulai sebagai kompasianer sejak 2011, nyatanya perjalanan menulisku seperti orang melompat-lompat. Sekali lompatan berhenti, kemudian bersiap lagi untuk lompatan berikutnya. Maka catatannya menjadi begitu renggang, tidak menjadi sebagai rutinitas. Sekali kesibukan menyita waktu, menulis jadi terlupakan.
Bahkan untuk memilih tema-pun, akhirnya kedodoran lebih memilih kata hati. Padahal, fokus adalah kunci penting untuk mudah ditandai. Maka para jawara kompasianival menjadi para pencerah buat catatan kepenulisanku.
Bahwa ternyata, Dewi Puspa, dikenal sebagai kompasianer yang konsisten mengulas film yang sedang trend, padahal begitu juga banyak orang juga punya minat yang sama soal film, seperti juga aku, hanya saja dalam perjalanan menulisnya ternyata tidak kuat "diganggu" godaan menulis remeh temeh lain, sehingga pada akhirnya kehilangan jejak. Meskipun pasti ada yang tak sependapat jika kita cuma berkutat nulis sebuah tema yang sama melulu. Â Tapi ibarat kesukaan orang pada makanan, Dewi Puspa, telah memilih satu pilihan, semisal vegetarian dan menjauhi selainnya dan konsisten pada minatnya. Belum lagi daya tarik tulisannya yang ringan, menarik, membuat respon positif yang berhamburan masuk ke notifikasi artikel hariannya menjadi amunisi baru berimajinasi pada tema yang sama. Bisa jadi karena sebuah gagasan pikir sederhana, hidup ini sudah ribet, jadi dibikin ringan saja, nikmati saja dengan membiarkan otak me-refresh nya dengan menulis apa maunya. Minatnya saja bersama komunitas KOMiK (Kompasianer Only Movie Enthusiast Klub) menunjukkan konsisrensinya yang tidak tergoyahkan, untuk menambatkan cintanya pada FILM.
Orang terbaik kedua di panggung Kompasianival, Tonny Syiariel di posisi Best in Specific Interest & People Choice, memberiku pelajaran sekali lagi tentang fokus dan fokus. Minat pada travel juga disukai banyak orang, tapi Tonny, seperti tak peduli dengan isu apapun (maksudku-ia mungkin berpikir, biarlah urusan politik ditulis para peminat politik saja, begitu juga dengan gagasan lain), maka actionnya banyak bercerita tentang pengalaman pelancongannya ke berbagai penjuru dunia, baik dalam maupun luar negeri. Semua sudut diulas, begitu luwes, seolah kita sedang berada didekatnya dan diceritakan bahwa begitulah gambaran objek wisatanya. Sangat informatif, menarik dan pastilah selalu dibumbui hasil fotografi yang luar biasa indah. Maka sebagai ganjarannya, ribuan kompasianer yang penasaran mengunjunginya seperti memuaskan dahaga, atas rasa penasarannya. Bahkan bukan itu saja, ribuan kompasianer yang penasaran dan ingin tahu menjadikan Tonny, pilihan banyak orang- ia menyabet penghargaan Kompasiana Award 2021 kategori People Choice juga.
Muda, enerjik, imajinatif mengantar Indra Rahadian sebagai Best in Fiction dalam ajang Kompasianival 2021 kali ini. Puisi, cerpen tentang keresahan hidup sehari-hari dipotretnya dengan sentuhan yang Indra punya, tapi ternyata sehati dengan semua pembaca.
Romansa merupakan salah satu tema yang berulang kali muncul dalam karya fiksi Kompasianer yang satu ini. Alur cerita menarik, diksi yang puitis, dan bahasa yang mudah dicerna, adalah semua keunggulan karyanya semakin enak dinikmati. Menggugah imajinasi kompasianer lain, dan selalu menginspirasi banyak pembaca lainnya.
Opini, ini salah satu favoritku, dan pasti favorit semua orang juga, karena ber-opini bukan sebuah kejahatan dan tak dilarang. Maka beropinilah, seperti halnya David Abdullah, sebagai Best in Opinion. Padahal yang ditulisnya bisa bikin mumet, karena mencolek politik, sosial, dan diringankan dengan opini tentang gaya hidup, semuanya realitas yang terjadi di depan hidung kita. Tulisannya informatif, membangun-nah ini mungkin catatan perbaikan buat opini ku sendiri, dan dekat dengan keseharian, sehingga menjadi sebuah refleksi bagi siapa saja- seperti mau bilang, "itu gue banget".
Guido Arisso, Aku pikir tadinya orang Italia, ternyata Indonesia asli juga. Dan namanya saja berkarakter kuat, untuk dijadikan Best in Citizen Journalism. Tulisannya yang berlatar belakang daerah -Manggarai Barat, dan dipenuhi kesederhanaan, dibanding tema berat lain layaknya politik, ternyata menempati tempat tersendiri di hati para kompasianer, seperti juga aku yang dari Aceh, mengagumi tulisan-tulisannya tentang agrikultur hingga sosial budaya, cerita tentang cengkeh, porang, dan lika liku kehidupan para petaninya, ini sangat menggugah rasa penasaran pembaca. Mungkin aku nanti juga akan berbagi cerita tentang hamparan kebun-kebun kopi Arabika di dataran tinggi Gayo, atau Robusta, di Pidie. (meskipun aku jadi tidak lagi fokus pada sebuah tema tertentu-biarlah).Â
Terakhir, selamat buat Koteka sebagai Best Community, kumpulan para pecinta traveller, yang konsisten berbagi cerita, event dan memiliki solidaritas tinggi antaranggota, apakah saya belum terlambat bergabung?.
Selamat sekali lagi kepada para juara, kekuatan karakter setiap mereka menjadi pencerah dan  penyemangat kita semua, agar terus membagi dan menyebarkan konten positif di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H