Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dilema Milih ART Sehati, Apa Harus Trial and Error Dulu?

27 November 2021   20:57 Diperbarui: 1 Desember 2021   04:44 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malamnya ketika paman pulang, barulah terjadi kehebohan, seluruh persediaan dana cash lenyap, semua jenis barang elektronik juga lenyap. Karena menimbang tak mau berprasangka, ibuku meminta kami menunggu ART kembali lagi besoknya untuk mengkonfirmasinya, karena teleponnya tidak lagi bisa dihubungi.

Tunggu punya tunggu, ia  tak pernah kembali lagi, persisnya ia hanya bekerja selama 4 hari, dengan menggondol seluruh persediaan barang elektronik, kecuali televisi. Sampai sore ART ditunggu tidak kembali, maka kami pastikan, kami telah dirampok oleh "musuh dalam selimut".

Apa yang menjadi kekuatiran banyak orang terjadi dan nasi sudah menjadi bubur, maka kami melaporkannya ke polisi hanya dengan menyertakan ciri-ciri dan alamat rumah berdasarkan keterangan ART yang kami dengar secara lisan.

Sebagai pembelajaran, seperti kata orang bijak, segala sesuatunya harus ada hitam putihnya. Ini bukan persoalan sekedar percaya atau tidak percaya, tapi dalam jaman yang serba terbalik dan tidak menentu, kepercayaan bisa saja justru menjadi bumerang.

Maka catatan pentingnya ketika kami mencari ART baru nantinya setidaknya, selain harus menggunakan ART yang berasal dari institusi khusus, dengan sertifikasi keahlian sesuai kebutuhan, kita juga harus mengecek tanda pengenal ART, karena bisa saja meskipun lengkap secara administrasi dan bekerja secara prosedural,  ada sisi lemah lain yang hanya bisa terdeteksi ketika kita mengontrol dan mengawasi pekerjaannya secara langsung. Memilih ART memang harus dipilih yang memiliki  inisiatif yang kuat. 

Berikutnya yang kami masukkan dalam daftar catatan penting, meskipun kita harus menjaga komunikasi dan keakraban dengan ART, harus ada pembatasan antar pemilik rumah dan pekerja agar tidak berkomunikasi berlebihan.  Aturan main termasuk tentang sanksi (perlu juga ) dimasukkan dalam klausul surat perjanjian ketika ia akan kita rekrut menjadi ART. 

Dan kalau boleh memilih, ART yang tidak terlalu tua atau tidak terlalu muda mungkin bisa menjadi pertimbangan untuk di pilih, setidaknya mungkin ia akan lebih bijaksana dari sisi umur dan juga masih cukup kuat untuk bekerja.  Tetapi juga tidak menutup kemungkinan dalam kondisi tertentu, umur juga tidak penting sama sekali, setidaknya kita tidak masuk kategori mengekploitasi pekerja anak-anak, jika ia masih muda.   

Jika salah memilih, bukan tidak mungkin kita memelihara serigala berbuku domba, orang yang kita sangka bisa membantu dan kita jadikan teman, justru musuh dalam selimut yang paling berbahaya.  Namun jika kita beruntung, ART justru bisa menjadi saudara baru kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun