Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

A Thousand Miles Away #9 Moonlight Cinema, Bioskop Bolong-Misbar

3 November 2021   23:46 Diperbarui: 27 November 2021   12:40 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.mytrip.co.id/

Bangunan bioskop besar terbuat dari papan itu berdiri persis di sebelah kiri tugu walet tapi lidah cadel atau salah paham anak-anak sering menyebutnya lawet, padahal bener kata para orangtua, entahlah!. Berbatas dengan sungai kecil, yang cukup dalam. Setiap kali melintas kesana aku pasti harus melongok ke dalam untuk melihat, setidaknya pasti ada beberapa ekor ikan yang berkeliaran, meskipun di siang terik.Di sampingnya, berbatas dengan tembok berdiri sebuah warung, juga terbuat dari bambu dengan bagian samping dan depannya dibiarkan terbuka. Menunya ketan hitam, di hidang di sebuah piring kecil, urutan menghidangnya, ketan hitam dimasukan ke piring ditambahkan santan kental, kata nenek itu sari santan, biasanya diperas dari kelapa tanpa dicampur dengan air, jadi betul-betul kental.

Seingatku ibuku beberapa kali mengajakku ke warung itu, aku lupa namanya. Menurutku harganya sedikit mahal buat kantong kami yang pas-pasan, jadi setiap kali berkunjung kesana menjadi momen sangat spesial buatku. 

Di tahun-tahun setelah aku menjadi rindu untuk mencicipi menu itu lagi,  dan begitupun ketika lama kemudian, aku begitu menyukai ketan hitam dan bermacam jenis bubur.

Kembali ke soal bioskop tadi, sebenarnya bangunan itu bangunan tua, dari luar tampak depan seperti bangunan besar, tapi dikiri- kananya hanya ditutup lembaran seng, dan panjang dinding hanya sebatas panjang seng itu. Uniknya, bangku didalamnya bukan berupa bangku duduk yang berlapis jok, tapi hanya bilah papan panjang yang dipaku dengan potongan kelapa. dan bagian atasnya langsung berbatas dengan langit, jadi selagi menonton bioskop kita masih bisa menikmati bintang dan bulan. Lebih parah lagi, jika hari hujan maka berhamburanlah para penonton dari guyuran hujan. Makanya dinamakan juga bioskop gerimis bubar alias misbar.

Dan kenangan pertamaku ketika diajak kakek menonton misbar itu, kami menonton film mandarin, tujuh pendekar sakti, film itu berkisah tentang para pendekar dengan beragam jurus sesuai dengan jenis binatang yang disukainya, maka diantara tujuh pendekar itu ada yang menguasai jurus harimau, jurus bangau, jurus elang dan bermacam jurus lainnya.

Kenangan itu terus membekas, karena sebenarnya kunjungan itu bukan sekedar kunjungan biasa, karena disaat-saat istimewa itu, aku bisa bersama-sama dan berakrab-akrab dengan kakek, dengan ibuku, dan menikmati jalan-jalan untuk membebaskan penat dan jenuh setelah seharian dipenuhi dengan bermacam aktifitas yang melelahkan hati dan pikiran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun