Meskipun buku Jared Diamond telah lama membuat kita terus merenung tentang sejarah manusia. Mengulasnya kembali seperti "mengupas" kulit bawang sejarah.
Seperti halnya Jared Diamond yang penasaran, seorang teman Papua saya juga ikut bertanya, apa pendapat Anda tentang Guns, Germs and Steel?. Saya hanya mengutip jawaban Jared Diamond yang jujur ketika mengatakan bahwa dunia memang diibaratkan seperti  lapisan kulit bawang, mengutip ujaran seorang pengulas bukunya yang setengah bercanda menyebut paradigma Jared sebagai "dunia kulit bawang".
Dunia modern adalah kulit terluarnya dan setiap lapisan harus dikupas untuk menemukan pemahaman sejarahnya, karena semuanya masih satu kesatuan. Mengupas satu lapis demi lapis menjadi sangat penting bagi kita untuk mengungkap dan memahami pelajaran masa lalu demi masa depan.
Belum lagi berbagai tekanan politik yang membuat sejarahnya tambah rumit, bahkan hingga saat ini. Terlepas dari mitos yang terkait dengan keberadaannya secara geografis, seperti yang dikatakan Diamond, setiap bangsa memiliki sejarah dan masa depan, mungkin proses menuju ke arah itu beragam dan memiliki pola yang berbeda. Ini adalah pemikiran optimis bahwa semua bangsa memiliki masa depan dan mereka sendiri yang menentukan hasilnya.
Percakapan ringan antara Diamond dan Yali, pada Juli 1972, ternyata mengarah pada pertanyaan yang kritis dan mendalam, "Mengapa Anda orang kulit putih membuat begitu banyak barang berharga dan membawanya ke Papua, tetapi kami orang kulit hitam memiliki sedikit milik kami sendiri?".Â
Pertanyaan tersebut menjadi pertanyaan yang sulit, karena menjelaskan hakikat kehidupan. Tentang gaya hidup yang berbeda dari orang lain di dunia. Dan kesenjangan besar memiliki riwayat panjang sebab musababnya .
Bahkan menurut Diamond, konteks pertanyaan Yali juga meluas pada penjelasan tentang perbedaan besar di dunia modern sebagai penguasa kemakmuran dan kekuasaan. Bahkan ketika bangsa-bangsa tertindas mampu melarikan diri dari trauma dan jejak kolonial, berdampak pada pola pikir mereka.
Dan mengapa kekayaan dan kekuasaan dalam format sejarah terdistribusi seperti realitas saat ini? . Salah satu alasannya adalah bahwa perbedaan teknologi dan politik adalah penyebab langsung ketidaksetaraan di dunia modern. Termasuk ketika senjata baja mampu mengalahkan senjata kayu dan batu. Termasuk pola bagaimana masyarakat suatu bangsa memiliki pola nomaden atau pemukim-pemburu-pengumpul, bermetamorfosis menjadi pengembang pertanian, penggembalaan, metalurgi, dan struktur politik yang kompleks.
Perbedaan kecepatan perkembangan manusia, di benua yang berbeda adalah pola sejarah yang tidak dapat dipisahkan dari Senjata, Kuman dan Baja.
Diamond memang memfokuskan pembahasan bukunya pada sejarah dan prasejarah, namun isinya menarik secara akademis, praktis dan bahkan politis. Karena sejarah interaksi di antara bangsa-bangsa yang berbeda secara fundamental membentuk dunia modernnya seperti yang kita saksikan saat ini, Â melalui penaklukan, wabah penyakit, dan genosida. Dan tumbukan itu mulai berlangsung berabad-abad kemudian dan belum surut dan masih terus berlanjut secara aktif di beberapa bagian dunia yang paling bergejolak saat ini. Dan kita semua memahami realitas apa yang coba digambarkan Diamond, ketika mengacu pada realitas dunia modern saat ini.
Perang, Wabah-termasuk Pandemi Covid-19 terbaru, dan genosida yang masih dipraktekkan di belahan dunia yang berusaha menutupi informasi agar tidak menjadi blunder. Bahkan di era sekarang ini, ketika cara berpikir manusia sudah maju dan modern, cara barbar menghancurkan bangsa masih dipraktekkan seperti dalam sejarah kelam masa lalu, ketika model penaklukan bangsa untuk rempah-rempah atau wilayah masih merajalela.
Jadi memang benar, seperti yang dikatakan Diamond, lapisan bawang sejarah memang perlu dikupas untuk mengajari kita tentang masa lalu, apa yang harus kita lakukan di masa depan agar kesenjangan antara setiap bangsa makin tipis dan manusia bisa hidup berdampingan dalam perdamaian yang lebih berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H