Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Petani Tomat Kepingin Punya Pabrik Saos, Siapa Berminat?.

30 Oktober 2021   10:21 Diperbarui: 27 November 2021   23:58 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Revitalisasi Pertanian

Ketika diangkat sebagai Gubernur Gorontalo pada 2001, dengan 81 persen suara pemilih, langkah 100 hari pertama Fadel Muhammad Al-Haddar, adalah revitalisasi pertanian. Sebagian besar petani Gorontalo adalah para produsen jagung, maka Fadel memulai langkahnya dari sana. Ia mengajak semua petani memproduksi jagung terbaik, pemerintah bertugas mendorong para petani dengan berbagai kebijakan bantuan, bersama stakeholder lain mencarikan pasar atau pembeli dan melakukan pengawasan dalam distribusinya, sehingga petani mendapat kepastian akan dibawa kemana hasil panen dan dengan standardisasi harga yang tidak lagi tergantung pedagang-pengumpul, namun tergantung pada harga penjualan di pasar ekspor.

Langkah sederhana ini membuat Kabupaten Gorontalo menjadi salah satu lumbung komoditas jagung nasional. Bagaimana dengan Aceh? Bahkan jika berniat menerapkan sistem diversifitasi pertanian dengan menambah luas areal, masih sangat terbuka peluang karena masih begitu luas tanah pertanian kita yang dapat kita jadikan modal untuk membawa Aceh ber-swasembada pangan.

Langkah Pemerintah Aceh dalam pengembangan bisnis model Fadel, pernah dilakukan terhadap komoditas perikanan di Pelabuhan Lampulo. Pemerintah menyediakan fasilitas pascapanen dengan mengolah hasil tangkapan ikan yang melimpah menjadi aneka produk olahan seperti; abon ikan, keumamah, dan pakan ternak, meskipun keberlanjutan program ini sampai dengan saat ini kita tidak tahu bagaimana perkembangannya. 

Kita berharap Pemerintah Aceh, atau di tingkat lokal di Kabupaten Bener Meriah, akan ada solusi terbaik. Apakah pemerintah memfasilitasi para investor, atau justru memberdayakan para produsen di tingkat lokal agar mau menjadi investor dalam pengembangan pabrikasi atau industri berbasis pertanian. Pilihan-pilihan yang lebih produktif dengan sistem pabrikasi menjadi solusi menarik.

Tidak saja soal pemanfaatan tenaga kerja yang banyak, pembukaan lapangan kerja, namun pemberdayaan petani tomat dan sayuran, sehingga petani tidak lagi dihantui lingkaran setan permainan harga atau harus membuang hasil kerja kerasnya. Apakah kita masih akan membantah jika polemik tentang kemiskinan di Aceh akan terus muncul jika model kasus model petani tomat di Bener Meriah terus terjadi dan bahkan bisa menjalar pada petani komoditas lain.

Bagaimana dengan peluang terbukanya industrialisasi atau setidaknya pabrikasi di Aceh seperti dalam kasus para petani di Bener Meriah? Pemerintah harus menjawabnya melalui stimulasi kebijakan yang mendukung sektor ekonomi, memfasilitasi daerah dengan infrastruktur yang memadai, kondusifitas operasional produksi, jalur distribusi dan bantuan system pemasaran dengan membuka peluang pasar ekspor dengan memanfaatkan kerjasama multilateral seperti halnya Indonesia Malaysia- Thailand-Growth Triangle (IMT-GT) biar makin cetar membahana!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun