Perbuatan baik yang telah dilakukan oleh orang tua kita atau bahkan leluhur kita, yang didasari oleh keikhlasan, keberkahannya bisa menitis dan mengalir pada anak keturunannya.
Jika tidak dapat dirasakannya secara langsung, keberkahan itu biasanya diharapkan bisa menitis dan dirasakan oleh para keturunannya.
Oleh karenanya jika kita amati, tidak sedikit para ulama atau para wali Alloh, justru memiliki latar belakang orang tua yang biasa-biasa saja di mata manusia. Tidak dikenal sebagai orang yang pandai membaca kitab, bahkan berprofesi dengan profesi yang sederhana.
Mungkin ini pemahaman konteks dan pemahaman yang diperluas dari sabda nabi:
إذا مات ابن أدم انقطع عمله إلا من ثلاث؛
صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له.
Ketika anak adam menemui ajalnya, maka putuslah sudah segala amalnya, kecuali tiga hal;
Shodaqoh yang berkesinambungan, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang selalu mendo'akannya.
Jika difahami dengan perspektif yang lebih luas lagi, tidak menutup kemungkinan bahwa kebaikan yang telah dilakukan oleh anak adam sewaktu hidupnya, manfaat dan keberkahannya bukan hanya ia saja yang dapat merasakannya, namun juga dapat mengalir dan menitis pada anak-anak dan keturunannya setelah ia tiada. Wallohu a'lam bi al-showaab.
جعلنا الله وأولادنا من عباده المخلصين ومن علماءه العاملين.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H