Mohon tunggu...
Yosi Suzitra
Yosi Suzitra Mohon Tunggu... -

Ibu

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia dan Skripsi Saya

10 Agustus 2012   08:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:59 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat mengambil mata kuliah Skripsi, empat belas tahun silam, apa sih yang pertama ada difikiran saya? Waktu itu yang paling membuat saya pusing tujuh keliling adalah tema apa yang akan saya angkat, kemudian redaksi judul akan seperti apa. Secara sudah jadi rahasia umum, bahwa skripsi sering menjadi momok bagi mahasiswa dan banyak yang tertunda kelulusannnya karena keteteran menulis skripsi. Oya, satu lagi yang juga membuat cemas, adalah kekhawatiran mendapat dosen pembimbing dengan julukan “killer”. Tapi saat itu saya bertekad, saya harus menembus semua rintangan itu dan saya harus menyelesaikan skripsi saya dengan cepat dan tepat.

Setelah menemukan tema yang saya anggap menarik, saya mulai mengajukan proposal. Berita baiknya saya dibimbing oleh seorang ibu dosen yang sama sekali jauh dari kategori “killer”. Mulailah saya menggodog semuanya dan bolak-balik bersua ibu dosen untuk bimbingan skripsi. Seingat saya semua berjalan relatif lancar. Semua keadaan saat itu sangat mendukung saya. Ibu dosen cantik yang sangat bersemangat, kesiapan mental saya juga sedang bagus. Kemudian nara sumber saya, perusahaan tempat saya mengadakan penelitian sangat mendukung penelitian tersebut.

Ada satu moment bimbingan yang mebuat saya terkejut. Saat itu dosen pembimbing menegur saya dengan keras. “Kalimat ini, SPOK-nya mana?” tanya beliau sambil melotot kearah saya. Saat itu saya tak kalah kaget. “SPOK?” gumam saya. “Ya, Subjek Prediket dan Objek serta Keterangannnya, mana?” tekan beliau. Dalam hati saya langsung panas seperti terbakar, wajahpun tak kalah membaranya. Beliau, dosen yang saya kagumi yang saya pikir adalah seorang ahli Sistem Informasi Akuntansi, sedang mempertanyakan SPOK. Pikiran saya melayang ke beliau guru-guru Bahasa Indonesia saya di SD, di SMP dan SMA. Hampir semua dari beliau bukanlah guru favorit saya. Hmapir semua dari beliau tidak begitu membekas di fikiran saya.

Hm.. saya telah salah selama ini , selama sekolah, saya sangat tidak peduli dengan mata pelajaran yang bernama “Bahasa Indonesia”. Bahkan mungkin ini adalah pelajaran yang sering saya sepelekan. Secara tidak langsung saya juga menyepelekan beliau-beliau yang mengajar mata pelajaran ini. Saya ingat-ingat, memang nilai Bahasa Indonesia saya pas-pasan, apalagi nilai mengarang, memperoleh nilai 7 (tujuh) sudah saya anggap sebagai anugerah. Mendapat nilai 6 (enam) tetap anugerah, karena saya fikir, toh, masih diatas 5 ( lima).

Saat bimbingan itulah rupanya kesadaran saya muncul. Betapa pentingnya Bahasa Indonesia . Tanda petik, tanda koma, tanda titik, EYD, SPOK dan lain sebagainya itu sangat penting. Sekarang, saat saya sudah mengantar anak-anak saya di sekolah dasar, saya tekankan, bahwa mereka harus ahli bahasa Indonesia, harus serius belajar mata pelajaran tersebut. Sama seriusnya dengan mata-mata pelajaran yang lain. Saya dorong mereka untuk rajin menulis juga. Pernah suatu waktu, si sulung, protes, “Kenapa sih Ma, kakak harus rajin membaca, harus rajin menulis, kakak bosan dengan pelajaran Bahasa Indonesia itu.” Saya ceritakan kejadian saat bimbingan skripsi tersebut. “Ya, kalau baca sih asik Ma, tapi kalau menulis, malas,” gerutunya. Saya beri pengertian bahwa dengan menulis, pelajaran Bahasa Indonesia yang diterima kakak selama ini bisa diterapkan. Tak lupa juga saya memberi imbalan jika mau menulis, misal kalau kakak sudah menulis sekian baris, nanti dapat bonus waktu main game sekian menit. Trik ini cukup berhasil. Dan ini juga saya terapkan kepada si adik. Senangnya mereka mulai rajin menulis, apalagi setelah saya buatkan blog pribadi mereka.

Kabarbaik berikutnya, nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia kakak saat Ujian Nasional tingkat SD bulan Mei lalu sangat memuaskan. Oya satu lagi, beberapa hari yang lalu si kakak bercerita bahwa guru Bahasa Indonesianya di sekolah baru (sekarang dia sudah kelas VII SMP), mengadakan kontes membaca cepat. Dan si kakak berada di peringkat dua. Kalau berbicara tentang Bahasa Indonesia dengan anak-anak, kejadian bimbingan skripsi yang memalukan itu kembali hinggap di benak saya.

Jadi, ayo mencintai Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan baik dan benar, tidak susah kok, hanya butuh pembiasaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun