Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hong Kong (Part 1)

25 November 2011   17:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:11 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_144616" align="aligncenter" width="300" caption="Menunggu Airport Express di Bandara Internasional Hong Kong"][/caption] Lima jam penerbangan dari Jakarta rasanya lebih dari cukup untuk membuat pantat rata dan kaki penat luar biasa. Ketika akhirnya mendarat di bandara internasional Hong Kong, sore hari di bulan November yang berangin, rasanya lega sekali!

Mengikuti saran dari berbagai panduan jalan-jalan ke Hong Kong yang saya baca via internet, hal pertama yang harus dilakukan setelah menyelesaikan urusan imigrasi, bagasi, dan penukaran mata uang adalah membeli tiket Airport Express dan kartu transportasi terintegrasi bernama Octopus Card. Ya, seperti namanya, kartu ini bisa digunakan untuk membayar bermacam angkutan dalam kota mulai dari bus, kapal ferry, hingga tram.

Airport Express, sebagaimana digembar-gemborkan dalam websitenya, adalah kereta cepat yang bersih, nyaman, modern, dan dapat diandalkan. Tarif sebenarnya adalah HK $ 90 per orang untuk perjalanan dari bandara ke stasiun Kowloon yang berada di pulau berbeda. Namun karena sore itu saya (bersama 3 teman jalan) membeli 4 tiket sekaligus untuk sekali perjalanan, maka kami mendapatkan diskon dan hanya perlu membayar HK $ 55 per tiket! OK, nasib baik memang selalu menyertai orang-orang ganteng...

[caption id="attachment_144617" align="aligncenter" width="300" caption="Tiket Airport Express"][/caption] Cukup 25 menit saja dan sampailah saya di stasiun Kowloon. Dari situ perjalanan ke hotel di ruas jalan Nathan Road nan legendaris dilanjutkan menggunakan shuttle bus bernomor K2. Biayanya? Gratis gan!

Berhubung saya ke Hong Kong dalam rangka menghadiri konferensi Digital Media Asia 2011 yang diselenggarakan oleh WAN/IFRA, yang selama tiga hari kedepan akan bergulir 09:00-17:00 setiap harinya, maka waktu jalan-jalan yang tersedia hanyalah sore dan malam hari. Dan hari pertama ini, wisata malam incaran saya adalah: Avenue of Stars, Symphony of Lights, dan Big Bus Night Tour.

Bukan kebetulan jika saya memilih untuk menginap di The Imperial Hotel yang berbintang 3. Selain posisinya yang sangat dekat dengan Hyatt Regency yang merupakan lokasi konferensi, hotel ini juga dekat dengan banyak tujuan wisata khas Hong Kong. Setidaknya, tujuan wisata yang bisa saya akses informasinya melalui internet.

Berjalan kaki sedikit, beberapa kali belok, masuk ke subway untuk menyeberangi jalan, dan tentu saja sembari celingak-celinguk khas orang Indonesia blo’on, sampailah saya di Avenue of Stars. Ruas jalan di sepanjang garis pantai Kowloon yang menghadap ke pulau Hong Kong.

[caption id="attachment_144618" align="aligncenter" width="300" caption="Cap Telapak Tangan Jacky Chan"][/caption] Sepanjang jalan ini bertebaran cap telapak tangan milik para bintang film Hong Kong yang diabadikan di beton jalan. Jacky Chan adalah satu diantaranya. Sisanya, jujur saja, saya tidak kenal, hahaha!

[caption id="attachment_144619" align="aligncenter" width="300" caption="Patung Bruce Lee"][/caption] Ada juga patung-patung crew film, bangku sutradara, dan (ini yang paling diminati pengunjung) patung si raja Kung Fu, Bruce Lee! Dan, asal tahu saja, siapapun yang berfoto bersama patung Bruce Lee ini pasti berpose menirukan gaya berkelahinya. Benar-benar lejen!

Anehnya, menurut saya yang orang Indonesia asli, di tempat wisata yang ramai pengunjung seperti ini hanya tersedia satu jenis penjual makanan lokal: cuttle fish! Itu pun hanya ada 3 penjual yang jaraknya masing-masing terpisah sekitar 50 meter!

Melihat begitu banyak orang antri membeli, saya ikut-ikutan ingin mencicipi. Dua potong cuttle fish untuk HK $ 25. Lumayan.

[caption id="attachment_144620" align="aligncenter" width="300" caption="Cuttle Fish"][/caption] Sepertinya tergolong makanan berbahan ikan yang diasapkan, jajanan ini terasa enak. Manis, gurih, dengan aroma seafood terpanggang. Betapa bodohnya saya yang tidak menyadari bahwa dalam bahasa Indonesia cuttle fish itu berarti... Ikan sotong! Alamak! Asam urat gan!

Tepat pukul 7 malam, saya naik ke atap bus. Bukan! Saya bukan berlagak jadi suporter bola Indonesia!

Atap bus yang saya naiki adalah milik Big Bus Night Tour yang memang menyediakan kursitanpa atap di tingkat dua. Dengan HK $ 180, saya akan mengarungi lalu-lintas Kowloon diatas atap bus sembari duduk manis mendengarkan penjelasan mengenai semua lokasi di jalur tur malam ini, yang disajikan secara otomatis dalam 10 bahasa, selama satu jam penuh. Off we gooo...

[caption id="attachment_144621" align="aligncenter" width="300" caption="Big Bus Night Tour"][/caption] Angin malam yang sejuk dan bertiup cukup kencang membuat saya bersyukur bahwa malam itu saya mengenakan jaket dan topi. Atap bus, yang malam itu dipenuhi turis dari Eropa berbadan raksasa, terasa sempit. Sepanjang perjalanan mereka tak henti menjepretkan kamera dan merekam video.

Bagi yang mengharapkan petualang seru, tur ini bukan pilihan yang tepat. Namun bagi yang hanya ingin sekedar berkeliling pusat kota Kowloon dan melongok (tanpa mampir) ke beberapa tempat wisata favorit semacam Temple Market atau Ladies Market, kiranya cukuplah menaruh pantat baik-baik mengikuti alur tur ini.

Tepat jam 8 malam, tur selesai di tempat dia bermula: Avenue of Stars.

Saya bergegas lari menyusuri jalan di tepi laut yang ramai itu, menuju halaman belakang hotel Intercontinental yang menghadap ke pulau Hong Kong. Itu adalah lokasi favorit untuk menikmati salah satu sajian andalan Hong Kong: Symphony of Lights!

[caption id="attachment_144622" align="aligncenter" width="300" caption="Symphony of Lights"][/caption] Dan inilah dia, tarian laser berwarna hijau serta lampu putih terang dari puncak pencakar langit yang terserak di tepian Kowloon maupun Hong Kong. Berpadu dengan musik yang keras mengudara, tajamnya laser mengiris langit, sementara ribuan orang yang menyemut disepanjang dermaga menengadah dan sibuk dengan kameranya. Terpesona.

Symphony of Lights. Itu adalah 4 menit yang sangat layak disisihkan, tak peduli bagaimanapun padatnya jadual kerja kita. Empat menit tarian laser yang berpadu dengan musik, yang memberi Hong Kong, kota super sibuk yang seolah tak pernah berhenti berlari, sebuah wajah yang manusiawi...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun