Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik 2011: JRL Hari Pertama - Gombal!

26 Juli 2011   02:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:23 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13119261462093848214

[caption id="attachment_121847" align="aligncenter" width="300" caption="30 Seconds to Mars at Java Rockingland 2011 - foto oleh 30 Seconds to Mars"][/caption]

Jumat, 22 Juli 2011...

Tidak seperti tahun lalu, hari pertama Java Rockingland (JRL) 2011 kali ini tanpa sejuknya gerimis dan hembusan angin yang membawa butiran hujan. Sebagai gantinya adalah siraman cahaya matahari sore yang terik dan membuat kepala serasa mau pecah!

Seringai, yang menurut jadual akan manggung di Simpati Stage pada pukul 16:30, saya abaikan. Toh saya sudah pernah menyaksikan aksi panggung mereka dalam perhelatan JRL sebelumnya.

Sebagai gantinya, bersama Dhia, Kuda, dan Dani, saya memilih mengisi perut di warung Padang di dekat hotel saja sebagai menu makan malam. Selain sebagai jadual pengganti, ini juga upaya berhemat, mengingat harga makanan di kompleks JRL biasanya cukup mencekik, hahaha!

Pukul 18:00 tepat dan kami semua sudah berdiri rapi di depan Gudang Garam Inter Music Stage, panggung utama JRL 2011.

Bersama ribuan fans rock lainnya kami bersiap untuk menyaksikan menu pembuka: Pas Band!

Dalam kesempatan ini Pas Band banyak menampilkan kolaborasi dengan musisi lain yang berbeda genre dengan mereka. 7 Kurcaci dan Volta adalah beberapa diantaranya. Sepertinya mereka memang serius untuk memberi kesempatan pada musisi yang lebih muda. Sungguh mulia!

Hanya saja, dalam pelaksanaannya, kolaborasi itu tidak sepenuhnya berjalan mulus.

Sebagai contoh, sesi yang menampilkan satu gitar akustik untuk menemani Bembeng yang sejak tadi sibuk berlari kesana kemari dengan gitar listrik andalannya. Sesi ini terdengar seperti dua gitar yang saling berkejaran. Tidak dapat dikatakan 100% harmonis.

Dan karena saya sudah pernah melihat mereka manggung beberapa kali sebelumnya, termasuk di JRL 2010 tahun lalu, saya berani berkata bahwa ini bukanlah aksi panggung terbaik yang pernah ditampilkan oleh band papan atas sekelas Pas Band.

Ditambah dengan jeda antar lagu yang rasanya terlalu banyak dan terlalu lama, sore itu Pas Band seperti kekurangan tenaga.

Mereka kemudian menutup penampilannya dengan terlebih dahulu memanggungkan Baron dan satu gitaris lainnya dalam sesi perang gitar sepanjang 15 menit lebih. Ledakan energi yang layak dikenang dan berhasil menghapus semua kekurangan yang ada. Ya, Pas Band telah membuka JRL 2011 dengan cukup meyakinkan!

Jadual berikutnya adalah Sheila on 7 di Simpati Stage.

Saya mendadak lupa pada niat berhemat dan melangkahkan kaki melewati panggung itu, menyelinap diantara ribuan fans Sheila on 7 yang berdiri penuh semangat di depan panggung, menuju deretan tenda penjual makanan. Mari makan malam (lagi)!

Sejujurnya, materi JRL 2011 dihari pertama, sejauh ini, kurang memuaskan.

Terbukti kemudian dengan penampilan We Are Scientists di Gudang Garam Inter Music Stage yang payah. Jika sebagian pengamat musik mempertanyakan bagaimana Nirvana yang terdiri dari 3 orang bisa terdengar bertenaga seperti 9 orang, maka saya bertanya bagaimana We Are Scientists yang terdiri dari 3 orang dan tampil di panggung utama bisa nyaris tidak terdengar?

Malam semakin tidak memuaskan setelah saya melangkahkan kaki ke Tebs Stage dan melihat The Dirt Radicals yang tak kalah payah!

Bersama beberapa teman yang baru saja datang, saya kemudian melipir ke Propaganda Stage yang letaknya terpencil di tepi pantai. Cuaca mendung dan angin laut yang dingin membuat tulang tua ini bergemeretak. Untunglah di panggung kecil yang dikunjungi tak lebih dari 100-an orang itu Alien Sick memuncratkan energi grunge yang panas!

Tampil tanpa vokalis utamanya yang saat ini tengah bekerja di Vietnam, diluar dugaan, mereka malah bisa tampil bagus. Olitz dan Pronky, gitaris dan basis Alien Sick, bergantian menyanyikan lagu-lagu dari kedua album mereka yang sudah rilis.

Bukannya kehilangan energi, nomor-nomor berbau punk semacam Teri Kampung, Muak, dan Terminal Khusus malah terdengar liar dan penuh pemberontakan ketika dibawakan dengan dua vokal yang saling mengisi. Ide yang bagus, Alien Sick!

Blood Red Shoes di Simpati Stage menyelamatkan malam...

Mengamati dari booth Bir Bintang yang cukup jauh dari panggung, saya melihat ribuan penonton asyik menikmati duo alternative rock asal Inggris ini.

Laura-Mary Carter, cewek cantik berkaos Led Zeppelin yang merupakan vokalis merangkap gitaris itu sukses membuat jantung ribuan cowok yang blingsatan di depan panggung berdegup kencang. Baik karena kecantikannya maupun karena efek gitarnya yang sempat terbakar dan mati!

Bersama drummer cowok yang buka baju sejak menit-menit awal, ia memainkan setlist sepanjang satu jam penuh. Satu jam yang sangat menghibur, mengingat sedari tadi nyaris tidak ada performer yang bisa dibilang berkelas, baik di panggung utama maupun panggung-panggung lainnya.

Mundurnya jadual manggung 30 Seconds to Mars akibat Leto bersaudara ketinggalan pesawat membuat saya dan teman-teman PJId bisa aman sentosa menyaksikan Besok Bubar yang manggung di Propaganda Stage. Selama 45 menit berikutnya kami terbakar oleh semburan energi grunge bercampur metal yang meledak di kegelapan malam.

Amar, yang belakangan ini semakin sering tampil di event-event bergengsi dan mulai masuk tivi, terlihat nyaman. Disela lagu dia kerap menyapa penonton dan sedikit bercerita mengenai tema lagunya. Sentilan sosial-politik yang terasa sederhana, benar adanya, dan sama sekali tidak menggurui.

Kelar menikmati Besok Bubar, saya melangkahkan kaki menuju panggung utama. Ditengah jalan, selintas saya menikmati satu lagu terakhir dari Loudness, band rock lawas asal Jepang yang manggung di Simpati Stage.

Dini hari dan Gudang Garam Inter Music Stage terang benderang seperti pusat perbelanjaan saat Lebaran!

Belasan ribu audiens, yang sebagai besar terdiri dari remaja, berteriak tak henti. Dan teriakan itu kian menjadi ketika si ganteng Jared Leto akhirnya muncul di panggung dalam balutan baju karnaval berwarna biru dan kaca mata hitam nan jantan.

Ladies and gentlemen, 30 Seconds to Mars!

Jared hanya butuh satu ucapan selamat malam dan separuh lagu untuk membuat bumi Java Rockingland 2011 bergetar. Benar-benar bergetar seperti kena gempa, karena belasan ribu penggemarnya meloncat gembira!

A Beautiful Lie, Hurricane, dan beberapa hits lain dibawakan dengan format full band. Sementara From Yesterday dan beberapa hits lainnya dibawakan dalam format akustik dimana Jared memainkan gitar seorang diri, tanpa dukungan rekan-rekannya.

Kegantengan Jared, segudang penuh rayuan gombal dan pujian yang ditujukan langsung pada fans-nya malam itu, serta tata cahaya yang membutakan mata. Itulah kiranya resep utama dari sajian bernama 30 Seconds to Mars. Sama sekali tidak rock n’ roll, tentu saja. Namun demikian, saya harus mengakui bahwa mereka memang benar-benar mengagumkan!

Semakin mencengangkan ketika Jared memunggungi penonton, menghadap kamera yang merekam dirinya dengan latar belakangan belasan ribu remaja Indonesia yang tak henti menjerit, dan kemudian berteriak memperkenalkan Indonesia pada dunia! Ah, dasar gombal!

Maka ditutuplah hari pertama JRL 2011 dengan segala kegombalan itu. Kegombalan yang rasanya hanya akan dimengerti, juga dihargai, oleh para remaja...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun