Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik 2011: Sang Air - Dialog Dini Hari

30 Mei 2011   17:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:02 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam heningnya pergantian hari, Dialog Dini Hari terdengar menenangkan. Bening denting gitar Dankie mengiringi vokalnya yang lembut dan muram. Bersama salah satu pasangan pemain bas dan drum terbaik di negeri ini, ia menceritakan perenungannya tentang cinta.

Dua album beredar di pasar dan satu lagi sedang dalam proses peluncuran, Dialog Dini Hari bukanlah kumpulan musisi rata-rata. Mereka unggul dalam bunyi maupun makna.

Sang Air, single terbaru yang diperdengarkan secara free di halaman Facebook mereka, membawa saya pada pemaknaan personal. Pemaknaan yang besar kemungkinannya 100% meleset dari makna sesungguhnya lagu ini.

Di telinga saya, yang belakangan ini capek mendengarkan omong kosong pejabat negeri, Sang Air adalah simbol dari kita, rakyat yang menderita. Rakyat yang tenang dalam diam di bagian awal lagu. Beriak dan gelisah pada verse kedua. Berdiri dan mengancam di chorus. Hingga akhirnya berderap melawan di seperempat bagian akhir lagu nan merdu!

Mengusap kening luruhkan benci, aku adalah Sang Air...

Ya, rakyat jelata memang hanya bisa menerima. Menelan semua kebohongan dan berdiam diri seolah tiada yang salah.

Jerihku adalah gelombang, kuasaku adalah samudera...

Tapi rakyat juga manusia. Dan manusia, pada akhirnya, selalu menemukan cara untuk bertahan. Senantiasa melawan.

Akulah Sang Air... Sang Air... Tram-tam-tam-ta-ra-ram... Tram-tam-tam-ta-ra-ram...

Dan ketika kami menjadi satu, butir-butir air perlawanan itu, kami berderap sebagai gelombang. Gelombang perubahan yang akan menelan semua kebohongan itu. Menyapu pantai kehidupan. Menuliskan sejarah baru. Sejarah kami sendiri. Sejarah rakyat jelata. Sejarah Sang Air...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun