Di depan Score, karena acara belum lagi dimulai, kami bergabung dan nongkrong dulu dengan beberapa anggota PJId lainnya yang langsung ke TKP tanpa melalui resto Tiga Cemara, termasuk AnkBadar yang baru tiba dari Majalengka.
Suasana sudah ramai. Jamily dari penjuru Bandung, dan mungkin juga kota lain di sekitarnya, sudah datang dan mengelompok di beberapa titik. Flanel, Doc Mart, celana jins belel, dan aroma Seattle era ’90s menggantung di udara.
Saya sendiri, seperti biasa, hanya memakai sepatu kets, celana jins, dan kaos murahan. Bukan penggemar fashion, after all. Tapi jelas, sangat menggemari Fashion TV, terutama acara Midnight Hot dan Lingerie. Ngaku sajalah, Anda juga kan?
Pukul sepuluh lebih dan pesta itu dimulai, meski dengan sedikit canggung, oleh Sad Shabby yang mendapat tugas membawakan album Binaural.
Audiens masih belum panas. Pilihan lagu bertempo sedang, seperti Light Years dan Thin Air, seolah menjadi sebuah sapaan lembut ucapan selamat datang...
Di sela-sela lagu, sang vokalis yang malam itu mengenakan baju Nirvana, mengingatkan saya pada Che ketika mentas di Tribute to Pearl Jam di Planet Hollywood beberapa tahun lalu, menyampaikan maaf jika permainan musiknya kurang berkenan dan menyatakan bahwa dirinya merasa sedikit malu untuk tampil di hadapan para seniornya, apapun artinya itu.
Kalau boleh mengkritik, tanpa bermaksud menghina tata cara Sunda yang memang bagi saya terasa sedikit terlalu halus, saya rasa itu semua tidak perlu. Ini konser rock, bung! Mainkan saja musiknya!
Selanjutnya adalah Bittertone. Kumpulan jamily yang terbukti tak pernah menghindar dari tantangan, baik itu memainkan lagu baru dari Backspacer di perhelatan Backspacer Listening Party, manggung di mini stage Indonesia Consuminity Expo, hingga memainkan Riot Act, yang jujur saja, bukanlah album favorit semua orang, di acara ini. Dan, saya merasa wajib mengatakan ini, malam itu semangat Riot Act benar-benar sempurna mereka hadirkan bagi kita!
Arc yang kemudian dilanjutkan Love Boat Captain, layaknya dalam dokumentasi Pearl Jam Live at The Garden 2003, membuka penampilan mereka. Sungguh memuaskan! Tentu saja bagi saya, karena sudah demikian lama saya memimpikan kedua lagu ini dimainkan berurutan tepat seperti itu.
Dan itulah dia, gerbang pembuka kegilaan malam itu, yang pada akhirnya mengirim kita semua ke angkasa kegembiraan perayaan Pearl Jam The Immortality dalam moshing, koor, dan crowd surfing yang sungguh-sungguh menyenangkan!
Can’t Keep, Get Right, hingga Save You meluncur kemudian. Mengukuhkan mereka sebagai satu dari yang paling saya nikmati malam itu.