Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik 2010: Bittertone - The Album

30 April 2011   17:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_105385" align="aligncenter" width="300" caption="Sampul album Bittertone"][/caption] “Sudah tertutupkah hatimu? Walau kuyakin bisa membahagiakanmu Oh, dengan sepenuh jiwa dan ragaku...” Demikianlah petikan lirik dari Cerita Hidup, salah satu nomor dalam EP milik Bittertone yang akan segera diluncurkan. Sebuah lagu yang chorus-nya melempar saya ke masa lalu, kepada kenangan akan Plastik, juaranya suara Seattle yang seratus persen asli Indonesia. Meski saya yakin lagu ini pastilah tentang percintaan yang kandas, namun nuansa bunyinya memaksa saya memaknainya sebagai sesuatu yang sepenuhnya berbeda. Mendengarkan lagu ini, juga beberapa nomor lainnya dalam EP yang belum mewujud ini, saya teringat akan kisah sedih mengenai tercerai-berainya Plastik. Mengenai paceklik panjang dunia musik Indonesia. Mengenai melaratnya pahlawan-pahlawan rock kita yang luluh lantak diinjak jagoan-jagoan melayu yang berjaya diatas bahtera mega rupiah. Sudah tertutupkah hatimu? Sudah selesaikah petualangan bunyi kita semua? Apakah memang sampai disini saja cerita rock Indonesia? Tegakah kita mendirikan nisan bertuliskan: “RIP Indo Rock – salam manis, Koalisi Melayu Kaya Raya”. Layaknya Bittertone yang sempat sekian lama mati suri, sebelum akhirnya berlari menuruti kata hati, seperti itulah barangkali kita semua, pecinta rock Indonesia. Hari ini kita terjaga. Mendengarkan Cerita Hidup yang punya demikian banyak makna. Bahwa kita semua masih tertatih dan berdiri dengan payah, tak jadi masalah. Karena kita, tanpa terkecuali, adalah batu yang tak henti menggelinding...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun