Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik 2011: Grunge Clips di Era Grunge Digital

26 April 2011   15:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:22 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Berapa banyak band grunge indie asli Indonesia yang kamu kenal? Saya rasa, banyak sekali. Berapa banyak diantaranya yang gigih menelurkan karya-karya original, tidak berhenti pada covering? Cukup jarang, sepertinya. Dan dari yang cukup jarang itu, berapa banyak yang benar-benar serius memasarkan karya originalnya melalui sebuah video clip? Saya khawatir, bisa dihitung dengan jari!

Ya, saya tahu, Pearl Jam, sebagai satu dari empat dewa grunge dunia, memang tidak terlalu berminat membuat video clip.

Dengan nama sementereng mereka, bukan hanya video clip yang bisa mereka hapus dari strategi pemasaran. Nama Pearl Jam pun rasanya tak perlu lagi dicantumkan di sampul album. Penggemarnya di seluruh dunia sudah pasti tahu wujud, warna, dan tanggal peluncuran album terbaru mereka!

Ya, saya juga paham, bikin video clip itu bukan urusan gampang. Biayanya tidak bisa dikatakan murah.

Tapi, coba tunjukkan pada saya, hal indah apa di dunia ini yang bisa didapatkan secara cuma-cuma? Tidak ada! Semua keindahan ada harganya. Bahkan mendownload lagu bajakan pun butuh biaya listrik dan koneksi internet.

Video clip, setidaknya di mata saya, adalah sebuah upaya pemasaran yang menarik dan perlu. Tentu saja itu harus digarap dengan seksama, atau video clip malah akan jadi bumerang: mengurangi nilai artistik lagu dan bahkan jadi bahan olok-olok.

Sialnya, di genre musik bernama grunge, terlebih lagi yang mengibarkan bendera indie, istilah “memasarkan musik” itu memiliki makna konotatif. Mengandung arti yang negatif.

Padahal, jika mau sedikit mengingat, Nirvana, Soundgarden, juga Alice in Chains, mereka tak kurang-kurang meluncurkan video clip untuk membantu pemasaran musiknya. Beberapa bahkan mendapat penghargaan bergengsi!

Oleh karena itu, saya senang sekali ketika sejak akhir 2010 hingga awal 2011 ini muncul beberapa video clip dari band grunge indie asli Indonesia di YouTube: Navicula, Cupumanik, Respito, Besok Bubar, dan Alien Sick.

Dan lebih senang lagi karena ketiganya juga tidak akan jadi yang paling akhir. Cupumanik saat ini bahkan tengah menggarap video clip terbaru, melanjutkan video clip Grunge Harga Mati yang sudah ditonton lebih dari 10.000 kali di YouTube, yang rencananya akan berjudul Luka Bernegara.

Lagu yang bagus, video clip yang memperkuat sisi artistik lagu, dan YouTube. Itu adalah 3 komponen penting dalam pemasaran musik saat ini. Pemasaran musik di era digital. Itu adalah sistem yang menciptakan ledakan bernama Justin Bieber. Meski, tentu saja, saya tidak berharap grunge menjadi kelewatan manis dan populer seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun