Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Imaji Segara dan Kylian dalam Novel Kapak Algojo dan Perawan Vestal!

13 Juni 2024   00:50 Diperbarui: 17 Juli 2024   08:09 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Onepeach media

Saya menyambut antusias terbitnya Novel Kapak Algojo dan Perawan Vestal. Sungguh senang dan bangga, novel keroyokan atau yang kami sebut NoBar (Novel Bareng) itu akhirnya bisa terbit. Saya tak punya pengalaman sama sekali, ketika pertama kalinya diajak menyumbangkan tulisan dalam salah satu bab di Novel itu. Namun karena challenging, dan saking tertariknya sama ide cerita itu, sayapun beranikan diri untuk terlibat dalam penulisan NoBar itu. 

Ketika mendapat jatah harus nulis di salah satu bab, saya merasa begitu cepat proses penulisannya. Tidak butuh waktu lama untuk menulis bagian yang harus saya tulis. Saya baca hanya sekilas bab-bab sebelumnya, dan membaca lebih khidmat satu bab sebelum bab yang harus saya tulis, karena tugas saya melanjutkan satu bab sebelumnya itu. 

Namun selama proses menunggu jatah menulis itu, sebenarnya ada tokoh-tokoh sentral yang menjadi perhatian saya, setidaknya ada empat tokoh yang menarik perhatian saya, yaitu Craen Mark, Segara, Flora dan Kylian. Entah mengapa, saya terimaji dengan sosok Kylian. Atau kemudian, saya mengimajinasikan diri saya sebagai tokoh Kylian dalam cerita fiksi itu. Itulah kenapa, saya seperti dengan mudah mengalirkan ide cerita, ketika sudah waktunya mengisi salah satu bab, jatah saya. 

Saya seperti sosok Kylian, yang mengisahkan diri saya sendiri. Ya, Kylian adalah salah satu tokoh sentral, yang membuat saya berimajinasi sebagai diri Kylian. Nah, karenanya Lintang Ayu, salah satu rekan Kompasianers, yang juga menulis di Novel itu, berkata "Mas Han, halu!". Iya, betul, saya seperti berhalusinasi menjadi seorang Kylian. Dan itu menguntungkan, karena saya merasa begitu mudah mengalirkan diksi-diksi dalam tulisan itu. Menuliskan di bab yang seolah menceritakan atau menonjolkan diri saya sendiri. Dan semuanya tampak lebih mudah. Saya merasa telah menulis dengan penuh energi, penuh jiwa, ekspresi dan emosi melalui untaian kalimat demi kalimat. 

Sungguh, bagi saya sebelum mulai menuliskannya, pekerjaan itu sepertinya cukup berat. Bagaimana mungkin menulis sebuah novel dengan cara keroyokan. Ini bukan kumpulan cerpen, ini novel yang bercerita utuh tentang peristiwa. Namun, saya yakin dengan imaji masing-masing penulis dan juga dengan plot cerita sesuai kehendak dan kebebasan penulis, membaca novel ini, menjadi begitu nikmat. Novel, sebagai sebuah cerita utuh, tetapi disajikan dengan cara yang lebih energik dan styles. Ini seperti melahirkan genre baru dalam karya fiksi. Pembaca dapat memilih bab mana saja, atau dari bab mana saja, karena setiap bab menyajikan cerita dan imaji masing-masing penulis. 

Dan, saya pikir disinilah kepiawaian Daeng Khrisna Pabhicara meraciknya, menjadi sebuah plot cerita yang utuh, namun bisa dibaca dengan cara seperti membaca kumpulan cerpen. Sungguh, ide brilian Widz Stoop yang belum pernah saya jumpai sebelumnya, menyajikan cerita utuh tentang sebuah peristiwa, tentang banyak tokoh, tentang banyak imaji, namun bisa dibaca dengan memilih peristiwa, tokoh dan imaji yang mana yang akan dibaca. Setiap bab, adalah peristiwa yang utuh. Setiap bab adalah tentang gambaran tokoh-tokoh dalam peristiwa. Dan setiap bab adalah imaji-imaji setiap penulisnya. Lalu kemudian, ketika kita baca novel ini dari bab awal hingga bab akhir, kita disajikan oleh banyak peristiwa yang saling menceritakan. Kita membaca tentang banyak tokoh yang saling memperkenalkan dan kita membaca tentang imaji-imaji para penulisnya, yang bisa menghadirkan imaji-imaji baru bagi pembacanya. 

Kembali ke soal tokoh Kylian. Di beberapa obrolan grup para penulis NoBar ini, saya sering bergurau, bahwa saya adalah Kylian dan bahkan saya mengimajikan salah satu sahabat Kompasianers, Indra Rahardian sebagai tokoh Segara dalam novel itu. Dan saya kira, novel inipun akhirnya adalah juga untuk mengenang salah satu karya beliau.  Indra Rahardian sudah tiada, tapi dia tetap hidup dalam karyanya, termasuk menjadi seorang Segara dalam Novel Kapak Algojo dan Perawan Vestal ini. Jadi, tidak berlebihan kiranya, kalau seorang Indra Rahardian saya imaji-kan sebagai Segara, maka dia terus hidup dalam tokoh Segara, terus hidup dalam karya Novel Kapak Algojo dan Perawan Vestal itu. 

Selamat menyambut Novel fenomenal ini. Selamat membayangkan imaji-imaji tak terduga. Selamat menikmati peristiwa-peristiwa yang mengejutkan. Selamat membaca gambaran tokoh-tokoh impresif dalam alur peristiwa yang menghentak dan mendebarkan. 

Terima kasih untuk Kompasiana dan Komunitas Secangkir Kopi Bersama, yang telah mempertemukan Kylian dengan orang-orang hebat di Novel Kapak Algojo dan Perawan Vestal ini. 

****

Mas Han. Jakarta, 13 Juni 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun