Pelaksanaan Sasapton yang tidak mengenal golongan, bisa dilakukan oleh kalangan bangsawan dan rakyat biasa di alun-alun kesultanan sebagai simbol pusat otoritas pemerintahan, adalah upaya sultan merangkul sekaligus membuka ruang bagi rakyatnya untuk berbaur dengan kalangan istana.
Selain itu pelibatan para saudagar mancanegara, juga dimaknai sebagai upaya diplomasi kultural politik kekuasaan Sultan, dalam menjalin hubungan diplomatik dengan bangsa-bangsa lain untuk menjaga kerjasama perdagangan.
Penggambaran turnamen olah raga tradisional yang dihadiri pula oleh saudagar-saudagar mancanegara di masa kejayaan Banten dalam era perdagangan rempah, terutama lada, adalah strategi memperkenalkan budaya, semacam propaganda budaya, untuk merangkul pihak luar, negara-negara luar dalam meningkatkan dan mengembangkan jaringan perdagangan lada dan kerjasama internasional di abad 16-17 M.Â
Dalam sebuah catatan, Sasapton juga digelar dalam rangka memperingati kemenangan pasukan Banten dalam peristiwa Pagarege atau Pacirebonan. Jalannya pesta kemenangan ini diceritakan sebagai berikut, sepanjang tepi sungai rakyat dan punggawa ditempatkan dalam kemah - kemah kemah dan gamelan - gamelannya sendiri, sebagai tanda - tanda pengenal yang mereka mereka gunakan.Â
Penggambaran Sasapton yang demikian, bagi kami semacam seremoni memperingati kemenangan Banten, adalah bentuk diplomasi kultural untuk tujuan legitimasi kekuasaan Banten atas wilayah lainnya dan kedaulatan atas wilayahnya sendiri, atau semacam pernyataan simbolik atas klaim kedaulatan politik kekuasaannya.
Oleh karena itu, tradisi Sasapton perlu dihidupkan kembali. Nilai-nilai diplomasi kultural Kesultanan Banten, perlu direproduksi. Tradisi sasapton perlu direvitalisasi dan ditampilkan kembali di masa pemerintahan sekarang. Kami berharap seraya membayangkan, bahwa di masa depan, gelaran turnamen bermain ketangkasan kuda di Provinsi Banten, bisa dihidupkan atau ditradisikan kembali. Mengenang kejayaan Banten, sekaligus menghidupkan kembali masa kejayaan itu pada konteks masa sekarang.Â
Demikian...Salam Budaya...Salam Peradaban...Salam Lestari
Salam Hormat.
Wuri Handoko. Jakarta, 6 Desemeber 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H