Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membingkai Ulang Jalur Rempah, Menemukan Kekayaan Nusantara di Mancanegara

11 Agustus 2022   02:31 Diperbarui: 11 Agustus 2022   15:25 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Membingkai Ulang Jalur Rempah: Menemukan Kekayaan Nusantara di Mancanegara. Sumber : Kompas

Entah, sudah berapa banyak tulisan para pakar yang melihat nusantara dari berbagai sudut pandang. Ada yang melihat Nusantara dari kelampauan, ada yang melihat di masa kekinian dan ada juga yang memprediksi di masa depan. 

Banyak tulisan, banyak analisa dan banyak harapan. Namun semuanya satu tujuan, membesarkan nusantara di mata global. 

Karena tujuan itu pula, nama Nusantara menjadi nama bagi Ibukota Negara (IKN) yang baru di Pulau Kalimantan bagian selatan, tepatnya di wilayah Kabupaten Panajam Paser Utara.

Sumpah Palapa, Menyatukan Nusantara dan Melayu Raya

Kita pasti ingat pelajaran sejarah sejak di bangku SD tentang Sumpah Palapa. Melalui Sumpah Palapa nya, Mahapatih Gajah Mada ingin menyatukan nusantara.

Di bawah sumpahnya, Gajah Mada ingin menjadikan Majapahit sebagai negeri makmur gemah ripah loh jinawi dengan menyatukan berbagai kerajaan lain di Nusantara.

Bahkan menyatukan melayu raya hingga Filipina dalam pangkuan Nusantara melalui Majapahit sebagai penguasa Nusantara. Apa yang dilakukan oleh Gajah Mada, bukan melulu dengan penaklukan, namun juga dengan kerangka kerjasama ekonomi dan perdagangan. 

Sudah dari dulu, Nusantara di gaungkan, bahkan sejarah mencatat bahwa Mahapatih Gajah Mada, dengan Sumpah Palapa, ingin menyatukan Nusantara, bahkan menyatukan wilayah Melayu Raya dalam pangkuan Majapahit sebagai Kerajaan terbesar dan penakluk seluruh kerajaan di wilayah Nusantara pada waktu itu.

Jalur Rempah : Nusantara Sebagai Titik Temu Peradaban Timur-Barat

Pada masa kepemimpinan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, Majapahit menjadi penguasa dan hampir tidak bisa ditaklukkan. Sejarah, lalu berganti dengan sejarah kedatangan para pedagang asing yang datang ke Indonesia. 

Sejarah yang awalnya sebagai era kejayaan Majapahit, menyatukan kerajaan-kerajaan Nusantara, berubah dengan Nusantara menjadi titik temu peradaban Timur dan Barat. Para pedagang Asia Barat, Gujarat, Tiongkok dan kemudian Eropa.

Sejarah masa itu juga berbarengan dengan dikenalnya jalur rempah, dimana Indonesia sebagai penghasil rempah menjadi titik temu berbagai peradaban yang saling berjumpa dan melahirkan peradaban multibudaya di Nusantara. 

Namun, perbincangan jalur rempah seakan-akan hanya menempatkan Indonesia sebagai titik temu, berbagai peradaban yang menciptakan perubahan tatanan sosial budaya di nusantara, bahkan dikonstruksikan sebagai sejarah yang berhubungan dengan imperialis dan kolonialisme.

Khazanah Nusantara yang menyatukan nusantara dan melayu raya di Era Majapahit seakan hilang. Sejarah digantikan dengan sejarah kedatangan-kedatangan bangsa asing. 

Jalur rempah juga dikonstruksikan sebagai kekayaan Nusantara yang menjadi incaran bangsa asing dan lalu menciptakan perubahan tatanan sosial budaya di Nusantara. Peradaban multikultural Nusantara dan berbagai narasi Keindonesiaan lainnya. 

Meski demikian kejayaan Nusantara masa kerajaan-kerajaan dulu, seperti episentrum eksploitasi kekayaan oleh para pedangan dan bangsa asing belaka.Selama ini sejarah nusantara yang berhubungan dengan perkembangan jalur rempah, selalu dikonstruksikan sebagai sejarah tentang kedatangan pedagang asing ke Indonesia.

Dalam berbagai karya tulis ilmiah, kita menemukan berbagai narasi yang pada umumnya mengungkapkan bahwa jalur rempah, adalah sejarah tentang kedatangan bangsa asing ke Indonesia dalam mencari rempah-rempah.

Hampir tidak kita temukan, diskursus tentang jalur rempah adalah tentang diaspora budaya nusantara ke luar wilayah seberang. Identitas jalur rempah, yang dikuatkan oleh berbagai budaya lokal nusantara, harus dilihat dalam bingkai globalisasi. 

Penguatan budaya lokal adalah membingkai globalisasi jalur rempah, melihat koneksitas nusantara dengan budaya lokalnya yang mempengaruhi bangsa-bangsa lain di dunia. 

Nah, dalam soal ini kita perlu melihat kembali tentang kebesaran sejarah jalur rempah nusantara. Namun kita perlu mendefinisikan ulang atau membingkai ulang jalur rempah nusantara

Cara pandang ini dilakukan dengan reinterpretasi data warisan budaya, sebagai bangsa besar penghasil rempah yang mendunia. Dengan demikian, sebagai negara penghasil rempah, bukan hanya komoditi rempahnya yang mendunia, tetapi juga budaya lokal Nusantara-nya. 

Oleh karena itu, perlunya membingkai ulang, bahwa jalur rempah bukan hanya jalur perdagangan komoditi rempah yang mendunia, dengan ditandai dengan jalur pelayaran kapal-kapal asing ke Indonesia. Namun sebaliknya dipahami pula sebagai jalur penyebaran budaya lokal nusantara ke manca negara. 

Kita bisa membingkai ulang atau reframing jalur rempah dengan mendasarkan pada sintesa data sekunder dengan berbagai analogi dan asosiasi baik data arkeologi, sejarah, bahasa dan tradisi lisan, juga etnografi untuk menghasilkan reinterpretasi tentang globalisasi jalur rempah. 

Berdasarkan reinterpretasi itu, pemahaman tentang jalur rempah adalah pemahaman baru tentang Identitas jalur rempah sebagai jalur persebaran budaya lokal nusantara yang mempengaruhi tatanan budaya global.Demikian, reframing konstruksi jalur rempah yang saya pikirkan.

Padahal dalam konstruksi keindonesiaan di tatanan peradaban global, jalur rempah bisa bercermin pada kebesaran jalur sutra. Jalur sutra menempatkan Tiongkok masa lalu dalam perjalanan panjang jalur darat sepanjang perdagangan sutra dari Tiongkok, daratan Asia hingga Afrika. 

Menjadikan jalur sutra menjadi landasan konstruksi sejarah yang melahirkan kebesaran Tiongkok hari ini, yang menguasai perekonomian Asia dan Afrika.

Berkaca dari jalur sutra, jalur rempah Nusantara kiranya perlu direkonstruksi dengan ditafsirkan kembali, bahkan dibingkai dalam konsep dan isu kebudayaan yang lebih besar. 

Ilustrasi : Membingkai Ulang Jalur Rempah: Menemukan Kekayaan Nusantara di Mancanegara. Sumber : Kompas
Ilustrasi : Membingkai Ulang Jalur Rempah: Menemukan Kekayaan Nusantara di Mancanegara. Sumber : Kompas

Reframing Jalur Rempah: Globalisasi Budaya Nusantara ke Mancanegara 

Jalur rempah bagaimanapun telah menciptakan perubahan pada tatanan budaya global. Indonesia tidak hanya sebagai wilayah penghasil rempah. Titik temu peradaban timur-barat. 

Namun juga kekayaan budaya lokal nusantara, disamping menjumpai budaya-budaya baru dari bangsa-bangsa luar, juga turut berpengaruh dalam tatanan global. 

Diaspora masyarakat Nusantara ke berbagai bangsa pada masa kejayaan jalur rempah perlu dicatat dan diteliti lebih lanjut. 

Kita ketahui misalnya bagaimana penguasa Nusantara, meskipun melalui proses politik zaman kolonial Belanda, di abad 17 turut mempengaruhi perubahan sosial budaya Afrika Selatan. 

Kemudian bagaimana pula, para penguasa nusantara dan para pengikutnya berdiaspora dan secara demografi mempengaruhi lanskap sosial budaya di negara-negara yang dituju. 

Di Afrika Selatan, para sultan, ulama dan para orang kaya dari Nusantara, meskipun melalui proses pengasingan pihak Belanda, namun sesampainya di Afrika Selatan menjadi cikal bakal bagi tumbuhnya peradaban nusantara di Afrika Selatan (untuk bahasan ini akan ditulis tersendiri di tulisan mendatang). 

Lalu,bagaimana pula diaspora masyarakat Maluku di negeri Belanda. Banyak komunitas masyarakat Maluku, sejak dulu bermukim di Belanda, bukan hanya pada masa sejarah KNIL, namun jauh sebelumnya. 

Atau bagaimana komunitas orang Jawa bermigrasi dan berdiaspora ke wilayah Suriname, yang kita kenal sekarang ini. Bagaimana pada masa itu, diaspora orang jawa menentukan Suriname hari ini. 

Belum lagi jika mempelajari berbagai manuskrip kuno, perjumpaan para pedagang asing dari berbagai negara dengan latar budaya beraneka, tidak hanya saling berjumpa dan mempengaruhi budaya nusantara. 

Namun sebaliknya, budaya nusantara juga turut memberi warna bahkan melatarbelakangi tumbuhnya perubahan sosial budaya, bahkan ekonomi dan politik di berbagai belahan wilayah di dunia.

Afrika Selatan hanyalah salah satu contoh kasus dalam soal ini. Tentu saja untuk mengetahui lebih banyak, perlu penelitian lebih lanjut. 

Namun yang pasti kerangka pemikiran harus dibangun. Bahwa jalur rempah tidak hanya menempatkan Indonesia sebagai titik temu peradaban timur barat, namun juga turut mempengaruhi peradaban timur dan barat. Hanya saja, perluasan data dan intrepretasi-interpretasi perlu dibangun. 

Reframing jalur rempah Nusantara adalah sebuah pemikiran yang menempatkan Indonesia sebagai penghasil rempah yang dicari berbagai bangsa pada masa lalu. 

Tidak hanya menjadi titik temu, namun juga turut mempengaruhi peradaban timur-barat dalam percaturan budaya global. 

Hanya dengan konstruksi dan reframing ini saja, kebesaran sejarah jalur rempah dapat dibangkitkan kembali. Bukan hanya mengenang sejarah, namun menuliskan sejarahnya kembali untuk kebesaran nusantara. 

Menuliskan dalam bingkai yang baru, menempatkan Indonesia yang mempengaruhi tatanan budaya global. Sejarah jalur rempah adalah sejarah tentang kekuatan budaya lokal Nusantara yang dikenal dan mempengaruhi dunia. 

Demikian. Salam Jalur Rempah....salam lestari

Salam hormat. 

Wiro Kawuri. Jakarta, 9 Agustus 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun