Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Indonesia, Beragama di Negeri Multi Budaya

16 April 2022   22:36 Diperbarui: 16 April 2022   22:45 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Menjadi Indonesia, Beragama di Negeri Multi Budaya. Sumber : Kompas

Menjadi Indonesia, adalah proses yang panjang, bukanlah sejurus waktu. Namun melampaui ruang dan waktu, dalam proses Keindonesiaan menjadi. 

Para arkeolog dan sejarawan, sudah banyak menyodorkan data dan mengurai bagaimana menjadi Indonesia adalah melalui serangkaian perjumpaan silang budaya dan dinamika peradaban dari waktu ke waktu, dari zaman ke zaman.

Arkeologi, bicara tentang akar-akar peradaban, hingga munculnya organisasi sosial masyarakat termasuk dalam soal kepercayaan atas kekuatan di luar dirinya (manusia). 

 Sejarah agama, bahkan agama yang paling tua, yakni agama yang dipraktekkan leluhur nenek moyang, sebelum mengenal agama samawi seperti sekarang ini. 

Praktek keagamaan yang sangat purba itu dalam kacamata arkeologi tentu dibuktikan material kulturnya untuk melihat jejak-jejak praktek ritual keagamaan. 

Dalam kacamata ini, maka praktek ritual keagamaan adalah bagian dari kebudayaan. Artinya agama adalah bagian dari proses budaya dan peradaban. Oleh karenanya agama tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan para penganut agama. 

Lantas, apa perbincangan yang penting dalam soal ini? Tak lain adalah soal akar-akar moderasi beragama dalam proses Keindonesiaan. 

Sebelum mengenal agama yang dianut sekarang, masyarakat nusantara masa lampau, sudah mengenal kepercayaan terhadap kekuatan transendental, kekuatan diluar dirinya, sehingga lahirlah tradisi-tradisi ritual sebagaimana arkeolog menyebutnya tradisi megalitik

Zaman berganti, lalu masyarakat Nusantara pada awalnya sekitar abad ke-3 menganut kepercayaan animisme dan dinamis, kemudian belajar dan masuk agama Hindu-Buddha. 

Ilustrasi:Prasasti Ciarateun. Bukti Perkembangan Agama Hindu di abad 5 M. Sumber : Kompas
Ilustrasi:Prasasti Ciarateun. Bukti Perkembangan Agama Hindu di abad 5 M. Sumber : Kompas

Singkatnya, kemudian pengaruh Islam datang dan berkembang disusul pengaruh kolonial dengan berkembangnya agama Katholik dan Kristen, juga disisi waktu yang beriringan, pengaruh Kong Hu Tze juga berkembang. 

Meski agama berkembang, namun tradisi-tradisi leluhur tetap hidup. Dalam hal ini, tradisi-tradisi ritual agama dan kepercayaan yang diwariskan turun temurun oleh leluhur bangsa. 

Masjid Kudus. Sumber : Regional Kompas
Masjid Kudus. Sumber : Regional Kompas

Tradisi itu melahirkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, seperti persatuan, kesatuan, gotong royong dan sebagainya, termasuk nilai-nilai kearifan lokal keagamaan adalah bagian topik-topik aktual riset yang penting untuk terus dikembangkan, untuk membangun peradaban Indonesia lebih maju dan mampu menjadi rujukan bagi peradaban global. 

Gereja Blenduk, Semarang. Sumber: Regional Kompas
Gereja Blenduk, Semarang. Sumber: Regional Kompas

Semua pengetahuan dan narasi agama dan peradaban itu penting digali terus menerus melalui riset ilmiah, untuk menjadi rujukan pembangunan. Nah, pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini sudah terbentuk Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban (PRKKP).

Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban (PRKKP), adalah lembaga riset dibawah Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra, yang diantaranya adalah meneliti tentang Keindonesiaan dalam sudut pandang multi religi dan multi budaya. 

Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra ( OR Arbastra) Herry Yogaswara,  mengatakan Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban (PRKKP) diharapkan juga menjadi agen multikultural. Relasi-relasi multi agama adalah bagian dari topik riset yang penting untuk menjelaskan tentang proses Keindonesiaan yang multi religi dan multikultural. 

PRKKP diharapkan tidak hanya menjadi pusat riset yang hanya meneliti tentang sejarah dan dinamika Islam di Indonesia, namun juga riset-riset sejarah Hindu Budha, Kristen, Katholik, Kong Hu Tze, namun bahkan juga aliran-aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, sebagai bagian dari proses dinamika Keindonesiaan atau Kenusantaraan. 

Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban, pada tataran konseptual akan melakukan riset dengan topik dan obyek riset yang menerabas waktu, tidak hanya saat ini, namun jauh pada periode-periode masa lampau. 

Arkeologi dan sejarah keagamaan adalah salah satu topik riset, yang dapat dikolaborasikan dengan disiplin ilmu lainnya, yakni arkeologi, sejarah antropologi, etnografi dan sebagainya. Riset akan mengelaborasi dan mengurasi jejak-jejak kearifan bangsa yang lahir dan tumbuh kembang seiring proses Keindonesiaan, yang lahir dari nilai-nilai warisan budaya leluhur. 

Dalam hal ini PRKKP membentuk kelompok-kelompok riset yang menjadi wajah identitas khazanah keagamaan dan peradaban itu sendiri. 

Kelompok Riset Agama dan Kearifan Bangsa

Kelompok riset ini terutama akan melakukan kajian: Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global, Tradisi Keagamaan, Kearifan kepariwisataan religi nusantara, dan keadilan Gender.

Program riset yang akan dikembangkan antara lain: Penelitian tentang Kearifan lokal dan Kearifan global keagamaan, Tradisi dan Ritual Keagamaan, Pengembangan Wisata Religi dan Keadilan Gender Berbasis Keagamaan,.

Kelompok Riset Khazanah Keagamaan

Kelompok riset ini akan melakukan kajian antara lain : Arsitektur Keagamaan Klasik dan Kontemporer, Bahasa dan Sastra Keagamaan, Seni dan Budaya Keagamaan

Program riset yang akan dikembangkan antara lain: penelitian tentang Arsitektur keagamaan, penelitian kebahasaan, kesastraan dan budaya keagamaan, Khazanah keagamaan, dan jaringan kekerabatan nusantara. 

Kelompok Riset Peradaban Masyarakat

Kelompok riset ini, diantaranya akan melakukan kajian: Peradaban Masyarakat dan Ketahanan bangsa, Agama dan Pemajuan Kebudayaan dan Sistem Pengetahuan Masyarakat. 

Sedangkan Program riset yang akan dikembangkan antara lain: penelitian tentang peradaban masyarakat lampau dan masa kini, peradaban digital, penelitian tentang adaptasi objek pemajuan kebudayaan dengan agama, serta sistem budaya masyarakat berkelanjutan 

Kelompok Riset Sejarah Agama dan Multikulturalisme

Kelompok riset ini pada intinya antara lain akan mengembangkan kajian: Sejarah dan Agama-Agama dan relasi-relasi kebudayaan, Multikulturalisme dan Nilai-nilai luhur warisan budaya masa lampau dan dinamika budaya bangsa. 

Program riset yang akan dikembangkan antara lain: Penelitian tentang Historiografi Keagamaan, Jalinan identitas kebinekaan dalam toleransi, riset agama dan multikultur serta relasi agama dan budaya.

Pada PRKKP, diharapkan munculnya hasil riset yang aktual untuk menjadi bahan rujukan kebijakan nasional dalam penguatan revolusi mental, ketahanan dan pemajuan budaya. 

Logo Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban. Sumber: PRKKP
Logo Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban. Sumber: PRKKP

Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban (PRKKP), dalam pengembangan rencana aksinya diharapkan dapat melakukan penguatan riset relasi agama, identitas multibudaya dan kebangsaan. 

Dalam konsep ini sesungguhnya diantaranya akan melihat bagaimana jejak-jejak akulturasi budaya lokal dan munculnya tradisi-tradisi keagamaan yang tumbuh dan hidup dalam proses melahirkan  kearifan bangsa. 

Hal ini juga berhubungan dengan akar-akar keagamaan yang kuat dalam masyarakat-masyarakat lokal yang masih mempertahankan budaya lokalnya, keberagaman sebagai cikal bakal tumbuh kembangnya toleransi dan menjadi akar budaya moderasi beragama. 

PRKKP  juga diharapkan selain menjadi agen multikultural juga membangun narasi-narasi Kebangsaan yang mencerdaskan dan mencerahkan, menguatkan jati diri bangsa serta mampu menjadikan narasi kebangsaan untuk menghindarkan generasi bangsa terpapar radikalisme yang kontrapoduktif dan ahistoris. 

Oleh karena itu, narasi tentang relasi aga dan kearifan bangsa, juga dapat membangun narasi dan cara atau menjadi bagian dari resolusi konflik dalam berbagai persoalan bangsa yang dihadapkan oleh berbagai wacana-wacana kontradiktif dengan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan. 

Tidak hanya itu, penguatan riset PRKKP juga tidak hanya menghasilkan riset tentang nilai-nilai budaya bangsa sebagai rujukan terhadap kebijakan pembangunan sosial budaya. 

Yang pasti pengembangan dan penguatan riset PRKKP diharapkan dapat menghasilkan tidak hanya produk ilmu pengetahuan namun juga menjadi wadah nilai-nilai kemanusiaan dan budaya bangsa, antara lain persatuan, kesatuan, gotong royong dan sebagainya. 

Ilustrasi Relasi Agama dan Multikulturalisme. Sumber : Edukasi Kompas
Ilustrasi Relasi Agama dan Multikulturalisme. Sumber : Edukasi Kompas

Penguatan riset demikian, diharapkan dalam tatanan global relasi agama dan peradaban Indonesia dapat menjadi rujukan bagi perkembangan peradaban global. Nilai-nilai multibudaya dan mukti religi yang berjati diri kenusantaraan, diharapkan dapat membangun harmoni di tengah dinamika global. 

Lebih dari itu juga akan mengembangkan obyek riset dan konsep dalam pengembangan industri dan ekonomi, diantaranya melalui pengembangan wisata religi berbasis ekonomi kerakyatan. Hal ini berimplikasi pada manfaat langsung untuk masyarakat melalui pengembangan ekonomi kreatif. 

Semoga, PRKKP dapat mengemban cita-cita luhur dan amanat bangsa yang bhineka tunggal ika. 

Demikian. Salam riset dan inovasi. Salam khazanah keagamaan dan peradaban. Salam Indonesia Maju.

*** 

Salam hormat. 

Mas Han. Jakarta, 16 April 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun