Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menanti Rambo di Ukraina

2 Maret 2022   00:46 Diperbarui: 2 Maret 2022   17:07 3196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Menanti Rambo di Ukraina. Sumber : Suara.com

Konflik Rusia Ukraina menyedot perhatian dunia. Tak hanya Amerika Serikat dan NATO, namun seluruh dunia tersedot perhatiannya kesana. Soal perang, selalu saja berdampak global. Setidaknya itulah catatan yang bisa kita pahami dari peristiwa perang antar negara. 

Dampak global itu tak hanya soal ekonomi, namun juga politik, sosial dan budaya. Korban perang sudah pasti akan dialami kedua negara yang berperang, dan juga setiap perang akan melibatkan banyak negara, baik langsung maupun tak tak langsung. Baik yang simpati ataupun yang antipati. 

Kadar keterlibatannya pun bahkan sulit diukur. Dari terlibat langsung memberikan bantuan senjata, mengirimkan tentara misi perdamaian, bantuan medis sampai yang sekedar menyampaikan kecaman atau bahkan himbauan. 

Nah, soal konflik Rusia Ukraina, Amerika Serikat adalah salah satu negara luar yang paling berkepentingan baik secara langsung ataupun tak langsung. 

Saya tidak perlu mengulas atau menguraikan lagi apa kepentingan Amerika Serikat dalam perang Rusia Ukraina itu. Terlalu njlimet untuk tulisan hiburan ini. Lagian, saya juga awam alias tidak paham. Dan pasti sudah banyak diulas oleh ahlinya. 

Yang saya tahu sejak kecil, setiap berita tentang perang terjadi, Amerika Serikat (AS) selalu disebut, selalu terlibat. Mungkin karena AS sebagai negara super power. 

Satu-satunya negara adi kuasa sejak runtuhnya Uni Soviet, lepas soal kebangkitan dan semakin berjayanya Negara China yang dianggap menyaingi Amerika atau bahkan sama kedudukannya dengan Amerika saat ini. 

Amerika Serikat atau USA selalu ada dalam setiap peristiwa perang antar negara. Baik sebagai mediator bahkan mungkin sponsor. Amerika Serikat sejak dulu dikenal sebagai negara nomor wahid dari sisi kekuatan militernya, termasuk di dalamnya alat utama sistem persenjataannya (alutsista). 

Jangan lupa dalam setiap peristiwa konflik atau perang antar negara, Amerika selalu mengklaim diri atau bahkan dianggap selalu tampil sebagai negara yang dapat menguasai kondisi perang itu. 

Menguasai dalam hal ini dimaksud, menentukan kemana perang itu berakhir,  menghentikan dan bahkan membela atau berpihak ke salah satu negara, yakni negara yang dianggap lemah dalam peristiwa perang tertentu. 

Oleh karena itu USA selalu mengklaim atau bahkan dianggap oleh bangsa lain, sebagai negara yang selalu tampil heroik dalam suatu peristiwa perang fisik antar bangsa. 

Saking heroiknya, hingga gambaran tentang peran Amerika dalam peristiwa perang itu diangkat dalam film Hollywood yang sangat legendaris yakni Rambo, dengan tokoh utama John Rambo, yang diperankan oleh Sylvester Stallone. 

Rambo adalah tokoh prajurit Amerika, seorang veteran perang Vietnam, yang tampil selalu jagoan dalam setiap perang yang melibatkan dirinya. 

Rambo adalah seorang veteran perang, yang ahli tempur di setiap medan perang, dalam sebuah misi perang yang melibatkan Amerika.

Seorang John Rambo yang mantan prajurit dan sedang menjalani hukuman itupun harus dicari dan dibujuk untuk membantu tentara Amerika Serikat di medan perang dalam sebuah misi perang tertentu yang melibatkan peran negara AS di dalamnya. 

Di awali oleh Rambo, First Blood Part 1 yang tayang tahun 1982. John Rambo dalam film perdana itu sebagai awal hanya semacam perkenalan, bahwa Rambo yang mantan tentara AS veteran perang vietnam itu memang layak sebagai prajurit atau militer AS yang jagoan. 

Selanjutnya tampil heroiknya Rambo sebagai personifikasi Amerika lebih terlihat di sequel berikutnya yakni Rambo : First Blood Part 2. 

Di film itu Rambo sequel kedua itu heroisme seorang John Rambo lebih terlihat lagi, karena ada misi negata yang harus dilakukan saat itu. Misinya adalah pembebasan tawanan perang di Vietnam. 

Di film Rambo sequel III, levelnya lebih diangkat lagi. Dari sekedar jagoannya seorang Rambo yang membela diri saat dibully dipenjara sipil di Rambo I, kemudian di Rambo II ada misi negara Amerika yang membebaskan tentaranya di Vietnam. 

Nah, di Rambo III, adanya misi bantuan perang dari Amerika untuk membantu milisi Afganistan melawan tentara Uni Sovyet. Dari film inilah, menjadi titik balik heroisme Amerika dalam setiap peristiwa perang antar negara. 

Begitu juga di Rambo IV. Di Film Rambo IV ini, meski tak secara langsung mewakili misi negara Amerika dalam perang di perbatasan Myanmar-Thailand, namun aksi Rambo, tetap menggambarkan aksi heroisme seorang mantan tentara AS  di dekat perbatasan Thailand-Burma, tempat terjadinya perang saudara terpanjang di dunia, yang telah berlangsung puluhan tahun.

Sejak di film Rambo III,  John Rambo bukan sekedar kisah heroisme mantan tentara AS di medan perang. Film Rambo bahkan dianggap sebagai sebuah propaganda tentang bagaimana kekuatan militer Amerika Serikat dalam misinya pada setiap peristiwa perang antar negara. 

Propaganda yang menguatkan klaim global bahwa Amerika Serikat adalah polisi dunia. Negara Super Power yang bisa menguasai perang di manapun dan oleh siapapun. 

Film Rambo, semacam gambaran tentang Amerika Serikat dengan segala bentuk heroisme dalam misi perang, dan terutama dalam posisinya membela negara yang dianggap lemah. 

Film Rambo semacam simbol dari negara AS itu sendiri. Juga simbol bagaimana AS selalu mengklaim atau mengambil posisi sebagai negara super power yang bisa menguasai perang dan menentukan bagaimana peristiwa perang antar negara itu pada akhirnya. 

Rambo bukan sekedar film tentang militer Amerika, namun sesungguhnya visualisasi dari negara AS itu sendiri sebagai negara super power, negara adi kuasa, polisi dunia yang dengan kekuatan militernya dapat menentukan kemana arah berakhirnya perang sebuah negara dengan negara lain. 

Namun apakah Rambo yang mewakili heroisme dan klaim Amerika sebagai polisi dunia pada dekade tahun 1980an itu relevan setelah lebih tiga puluh tahun berlalu? 

Apakah heroisme Rambo masih ada di peristiwa perang Rusia Ukraina sebagaimana tampilnya Rambo ketika membela Afghanistan melawan Uni Soviet? 

Apakah John Rambo dan Kolonel Soviet yang bengis itu sebagai simbol AS dan Rusia sebagai musuh bebuyutan, sehingga keduanya akan selalu terlibat konflik dan permusuhan sepanjang zaman? 

Entahlah, namun perkembangan dewasa ini, dimana kekuatan militer bangsa-bangsa dunia semakin bersaing, sepertinya tak ada lagi Rambo nya AS di peristiwa- peristiwa perang saat ini dan saat mendatang. 

Semoga ada Rambo- Rambo yang lain, yang bukan membawa misi perang, namun membawa misi perdamaian. Banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai? Bingung?

Kaukah itu Rambo..eh, kaukah itu Roma? Semoga tak ada lagi perang. 

Demikian. 

***

Salam hormat 

Mas Han, 2 Maret 2022

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun