Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi : Menyeru Semesta

16 Januari 2022   21:06 Diperbarui: 30 Juni 2022   22:18 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyeru semesta di puncak keheningan.
Memandang langit mencari jawaban
 tentang misteri alam.
Hanyut dalam berkas sinar bulan,
 yang sesekali tenggelam di balik awan.
Atau berpendar dan berkejaran dengan kerlip bintang

Di puncak malam yang sunyi.
Dingin menyelimuti tanah gersang
yang terpanggang matahari. Siang tadi.
Tanah bergetar dan laut bergemuruh.
Dan manusia dipaksa bersimpuh

Luluh tak berdaya.
Hanya bersuara lirih.
Mengharap kekuatan semesta.
 Mencium tanah, dan menunduk lemah.
Tak berdaya.

Kemarin, suara jerit menggema
Memohon belas kasih dan ampunan
Lupa kemarin hilang ingatan
Atau lupa daratan.
Lalu mempertanyakan keadilan
Pada semesta, bertanya
dimana gerangan keberpihakan

Semesta menunjukkan kuasanya
Amarah bukanlah amarah,
Tapi isyarat yang harus dimengerti
dalam percakapan akal dan batin.
Kemana, manusia hendak mengharap,
dan meminta?  

***

Mas Han. Manado, 16 Januari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun