Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

UKM Kampus dan Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan

16 Januari 2022   00:53 Diperbarui: 16 Januari 2022   07:52 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi UKM Kampus dan Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan. Sumber : Megapolitan Kompas

Saat kita kuliah dulu, pasti kita sering mendengar senior-senior kita dalam setiap kesempatan melakukan doktrin kepada yuniornya bahwa mahasiswa adalah salah satu agen perubahan (agent of change). 

Istilah agen perubahan sebenarnya bukan hanya doktrin belaka, namun publik pada umumnya memang memberikan label bahwa mahasiswa adalah agen perubahan. 

Label seperti itu, bagi saya yang bermahasiswa di masa pergerakan dan perjuangan reformasi memang membangkitkan spirit untuk melakukan banyak aktivitas di kampus. 

Meski demikian, saat itu saya merasa tak memiliki minat untuk terjun di dunia mahasiswa sesungguhnya. Saya cukup puas hanya aktif di lembaga intra jurusan arkeologi, yakni Keluarga Mahasiswa Arkeologi - KAISAR) Universitas Hasanuddin (Unhas).

Dalam beberapa kesempatan sebenarnya banyak tawaran para senior untuk aktif di beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang konsen di bidang tertentu. 

Seingat saya ada UKM Korps Pecinta Alam (Korpala) Unhas, UKM Jurnalistik Identitas, Komunitas Sastra dan Teater (Kosaster) dan masih banyak lagi, bahkan saya lupa untuk menyebutkan semuanya. 

Namun entah mengapa waktu itu saya tidak begitu minat. Meskipun tidak minat untuk aktif di UKM Kampus, tapi pada beberapa kesempatan, saya menyempatkan diri mengikuti atau setidaknya melihat kegiatan beberapa UKM Kampus itu.

Di kampus, melalui berbagai instrumen kegiatan atau program ekstrakurikuler mahasiswa sebenarnya seperti kawah candradimuka bagi mahasiswa. 

Ruang belajar yang luas dan ruang untuk membangun karakter, kepribadian atau jati diri mahasiswa. Eksistensi mahasiswa dibentuk di kampus hingga keluar dan berhadapan dengan dunia nyata (baca: dunia kerja). Salah satunya adalah melalui UKM Kampus. 

Kalau mau didaftar satu per satu, banyak senior maupun teman angkatan saya saat ber-mahasiswa, saat kini sudah menjadi 'orang'. Ada yang aktif  di partai politik tertentu maupun yang sudah menjadi anggota legislatif. 

Ada pula yang menjadi pejabat, baik di pusat maupun di daerah, hingga menjadi penulis yang populer dan sebagainya. Diantara yang berhasil itu, sebagian besar adalah tokoh-tokoh mahasiswa yang menjadi aktivis mahasiswa. 

Sebutan aktivis saya maksud bukan hanya sebutan untuk tokoh mahasiswa pergerakan, namun meliputi pula mahasiswa yang dulunya aktif di UKM Kampus. 

Sahabat se-letting maupun para senior bahkan yunior yang kini berkiprah di berbagai bidang, pada umumnya adalah para mantan aktivis mahasiswa. 

Bukan hanya senior dan sahabat se-angkatan saja, bahkan ada pula yunior saya yang hebat pada zaman menjadi aktivis di kampus, kini menjadi sangat populer di bidangnya. Tanpa bertendensi apa-apa, saya bisa menyebut nama (ijinkan saya menyebut nama). 

Aan Mansyur misalnya, pujangga yang sangat populer dengan puisi-puisinya di Film Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Namanya kini berada di level teratas barisan sastrawan dan pujangga muda Indonesia. 

Saat menjadi mahasiswa, sebagai yunior saya, setahu saya beliau aktif di Komunitas Sastra dan Teater (Kosaster) Unhas. Aan Mansyur, adalah satu dari sekian banyak para mantan mahasiswa yang dulu aktif di UKM Kampus. 

Nah, dari contoh itu, kita sebenarnya bisa memetik pengalaman penting, bahwa UKM Kampus adalah salah satu ruang kreasi sekaligus kawah candradimuka bagi mahasiswa yang ingin menekuni dunianya. Aan Mansyur adalah contoh keberhasilan seorang mahasiswa yang menekuni dunianya sejak awal di bangku kuliah. 

Padahal kalau melihat lebih jauh, Aan Mansyur adalah mahasiswa Sastra Inggris, bukan Sastra Indonesia, yang bisa lebih banyak belajar tentang sastra dan bahasa Indonesia. Namun keaktifannya di UKM Kampus, di samping talenta yang dimilikinya, mengantarkannya menjadi sastrawan muda Indonesia yang populer dan berprestasi. 

Ohya, di Kompasiana ini, saya hanya berani menyebut Aan Mansyur saja, karena kebetulan beliau yunior saya di Kampus. Semoga beliau tidak marah, saya sebut namanya dalam tulisan ini. Hehehe

Saya sendiri bagaimana? Saya tidak aktif di UKM Kampus, tidak aktif juga di organisasi-organisasi manapun saat mahasiswa. Saya hanya kuliah dan belajar arkeologi, mengikuti kegiatan-kegiatan lapangan arkeologi dan sok sibuk di organisasi Himpunan Mahasiswa Arkeologi. Sempat di Senat Mahasiswa Sastra Unhas, namun sekedar menjadi penggembira. 

Alhasil, saya menjadi peneliti arkeologi yang biasa-biasa saja dan menjadi Kompasianer yang biasa-biasa pula. Dibandingkan mahasiswa-mahasiswa angkatan saya, yang aktif di UKM Kampus maupun yang menjadi tokoh mahasiswa pergerakan, saya sama sekali jauh dari  menonjol. 

Sedangkan mahasiswa lainnya, yang aktif di UKM Kampus maupun menjadi tokoh mahasiswa pergerakan, terutama Gerakan Reformasi 1998, saat ini banyak yang terjun di dunia politik, bahkan menjadi tokoh politik yang cukup dikenal. Sekali lagi saya tidak akan menyebut nama, untuk contoh ini. 

Jadi, sebenarnya dalam tulisan ini saya ingin menggambarkan pengalaman penting mengikuti UKM Kampus dengan yang tidak. Meskipun saya mengambil contoh orang lain, namun dapat membandingkan dengan diri saya sendiri yang menjalani dunia mahasiswa dengan biasa-biasa (dunia mahasiswa kupu-kupu). 

Poin penting yang ingin saya sampaikan adalah bahwa UKM Kampus turut membentuk jati diri mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change). 

UKM Kampus juga memberi ruang bagi mahasiswa untuk berkreasi dan berprestasi. Membentuk dirinya agar dapat mengembangkan bakat atau talentanya, sehingga lebih siap menyongsong masa depan. 

Masa depan kita ditentukan oleh bagaimana kita berproses sejak awal. Dan bangku kuliah sebagai ruang bermahasiswa melalui instrumen UKM Kampus turut berperan menentukan masa depan kita, juga sekaligus masa depan generasi bangsa. 

Demikian. Salam hangat 

***

Terima kasih 

Mas Han. Manado, 16 Januari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun