Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

UKM Kampus dan Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan

16 Januari 2022   00:53 Diperbarui: 16 Januari 2022   07:52 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada pula yang menjadi pejabat, baik di pusat maupun di daerah, hingga menjadi penulis yang populer dan sebagainya. Diantara yang berhasil itu, sebagian besar adalah tokoh-tokoh mahasiswa yang menjadi aktivis mahasiswa. 

Sebutan aktivis saya maksud bukan hanya sebutan untuk tokoh mahasiswa pergerakan, namun meliputi pula mahasiswa yang dulunya aktif di UKM Kampus. 

Sahabat se-letting maupun para senior bahkan yunior yang kini berkiprah di berbagai bidang, pada umumnya adalah para mantan aktivis mahasiswa. 

Bukan hanya senior dan sahabat se-angkatan saja, bahkan ada pula yunior saya yang hebat pada zaman menjadi aktivis di kampus, kini menjadi sangat populer di bidangnya. Tanpa bertendensi apa-apa, saya bisa menyebut nama (ijinkan saya menyebut nama). 

Aan Mansyur misalnya, pujangga yang sangat populer dengan puisi-puisinya di Film Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Namanya kini berada di level teratas barisan sastrawan dan pujangga muda Indonesia. 

Saat menjadi mahasiswa, sebagai yunior saya, setahu saya beliau aktif di Komunitas Sastra dan Teater (Kosaster) Unhas. Aan Mansyur, adalah satu dari sekian banyak para mantan mahasiswa yang dulu aktif di UKM Kampus. 

Nah, dari contoh itu, kita sebenarnya bisa memetik pengalaman penting, bahwa UKM Kampus adalah salah satu ruang kreasi sekaligus kawah candradimuka bagi mahasiswa yang ingin menekuni dunianya. Aan Mansyur adalah contoh keberhasilan seorang mahasiswa yang menekuni dunianya sejak awal di bangku kuliah. 

Padahal kalau melihat lebih jauh, Aan Mansyur adalah mahasiswa Sastra Inggris, bukan Sastra Indonesia, yang bisa lebih banyak belajar tentang sastra dan bahasa Indonesia. Namun keaktifannya di UKM Kampus, di samping talenta yang dimilikinya, mengantarkannya menjadi sastrawan muda Indonesia yang populer dan berprestasi. 

Ohya, di Kompasiana ini, saya hanya berani menyebut Aan Mansyur saja, karena kebetulan beliau yunior saya di Kampus. Semoga beliau tidak marah, saya sebut namanya dalam tulisan ini. Hehehe

Saya sendiri bagaimana? Saya tidak aktif di UKM Kampus, tidak aktif juga di organisasi-organisasi manapun saat mahasiswa. Saya hanya kuliah dan belajar arkeologi, mengikuti kegiatan-kegiatan lapangan arkeologi dan sok sibuk di organisasi Himpunan Mahasiswa Arkeologi. Sempat di Senat Mahasiswa Sastra Unhas, namun sekedar menjadi penggembira. 

Alhasil, saya menjadi peneliti arkeologi yang biasa-biasa saja dan menjadi Kompasianer yang biasa-biasa pula. Dibandingkan mahasiswa-mahasiswa angkatan saya, yang aktif di UKM Kampus maupun yang menjadi tokoh mahasiswa pergerakan, saya sama sekali jauh dari  menonjol. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun