Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Mendung

13 November 2021   16:18 Diperbarui: 13 November 2021   16:32 5125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendung menggelantung
di atas kepalamu
membayang wajahmu
yang murung

Dimanakah kau
sembunyi
wahai matahari
yang kemarin
melapisi
rona pipi
dan mata yang berbinar itu?


Aku melihatmu. Kemarin
sebagai matahari
tak gerhana
dengan terangnya menyapu
hujan, petir dan halilintar
dan kau berdiri tegap bersiap
menerjang gemuruh

Mendung bukanlah
kegelapan. Namun
terang yang tertunda
oleh rencana langit
menjatuhkan hujan
menyapu segala gersang
dan tandus bumi hatimu

Kau dan aku
Berdiri mengepalkan
tangan. Meninju
semua prahara

Lalu semuanya terang
Sirna jualah nestapa 

***

Mas Han. Pantai Malalayang, Manado, 13 November 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun