Indonesia dikenal sebagai bangsa atau negara maritim, sekaligus juga sebagai negara agraris yang kuat. Soal ini tak perlu lagi diperdebatkan.Â
Sebagaimana beberapa tahun lalu ketika seorang Christian Pelras menerbitkan buku The Bugis (1996), yang lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan dengan judul Manusia Bugis.
Perdebatan muncul apakah leluhur orang Bugis itu adalah seorang petani atau seorang pelaut. Saya sendiri tidak mengikuti perdebatan itu, namun bagi saya, leluhur Nusantara adalah seorang pelaut dan juga seorang petani.Â
Bangsa Indonesia dibentuk oleh kekuatan bahari atau lautnya, karena negara kepulauan. Namun di setiap pulaunya, hidup pertanian yang kuat. Jadi Indonesia adalah bangsa maritim sekaligus bangsa agraris yang kuat.
Sejak awal moyang Austronesia, yang mendominasi penduduk Indonesia saat ini adalah leluhur yang mengajarkan cara bercocok tanam ribuan tahun yang lalu.
Baca juga : Pengetahuan Arkeologi: Pelajaran dari Masa Lalu, Sulawesi Utara Surplus Pangan
Bukti-bukti arkeologis membuktikan bahwa sejak dulu Nusantara dikenal sebagai negeri lumbung pangan. Padi ladang tumbuh subur dan sudah dikenal sejak awal masyarakat mengenal bercocok tanam.Â
Setelah itu padi sawah berkembang di seluruh Nusantara pada zaman klasik. Kerajaan Majapahit, pada masa Hayam Wuruk dan Gajah Mada dengan sumpah Palapanya.Â
Sejak awal Abad 14, Majapahit telah mengekspor beras ke wilayah kerajaan-kerajaan lain di seluruh Nusantara. Bahkan kerja sama perdagangan dari komoditi pangan Majapahit barter dengan berbagai produk lokal dari wilayah lain di seluruh Nusantara.
Hingga kini, di Pulau Jawa masih tercatat menghasilkan produk pangan padi sawah yang terbesar di seluruh Nusantara.Â