Di sebuah belantara malam
Bercakap dua sosok kunang-kunang
Di sebuah dahan yang tak lama lagi jatuh ke tanah.
Keduanya bercakap tentang hujan.
Kata mereka,
ketika hujan mereka tak ingin sembunyi.
Sebab hujan tak lagi jatuh ke bumi.
Hujan, hanya membunuh apiÂ
Malam semakin jauh dan menua.Â
Kunang-kunang kehilangan waktu.Â
Dan pergi satu-satu
Kata mereka, pada akhirnya semua akan pergi.
Bahkan malam yang paling setia sekalipun,
akan meninggalkannya. Kerlip cahaya pada pohonÂ
penjaga belantara. Pada saatnya akan luluhÂ
menjadi abu.Â
Malam dan kunang-kunang,
saling setia. Lalu saling meninggalkan.Â
Hanya manusia yang selalu lupa diri.
Melupakan dirinya
dan juga tanah tempatnya berdiri.
Juga malam yang setia menjaganya.Â
Kunang-kunang pergi.
Esok kuku-kuku manusia menggantikannya.
Dari dalam tanah, pada tubuh yang mati.Â
Malam dan kunang-kunang tetap setia
dan memulai lagi percakapan.
Tentang hujan yang tak jatuh ke bumi.
Juga tentang manusia yang lupa diri.Â
Percakapan kunang-kunang tentang malam yang setia.
Dan manusia yang mati, melahirkan kunang-kunang
dari kuku-kukunya. Dari dalam tanah.
Semua selalu akan berulang.
***
Mas Han. Manado, 6 November 2021
Tulisan mendatang :
Membincang Fasilitas Keselamatan dan Biaya Yang Harus Dibayar Pengguna Jalan Tol
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H