Belajar Bertatap Muka
Oleh : Mas Han, Indra Rahardian, Katedrarajawen, Arif R.S, Siti Nazarotin, Ayu Dihastuti dan Ari Budiyanti
#Pelajaran1
Tak ada pertemuan,
meski jarak dan waktu tak memisahkan
Bukan benci, apalagi memusuhi
Tapi perjumpaan hanya terjeda
Bukan saling menghindari.Â
Anak-anak sekolah kehilangan papan tulis
Berganti layar kaca berbagai jenis.
Pelajaran bukan hanya tentang ajaran,
tetapi juga pesan dari tangkapan layar
Percakapan bukan hanya tentang tegur sapa,
tapi menyalakan dan mematikan suara
Juga mengatur kamera di layar kaca
Rindu bersama. Begitu fasih dengan media
Akankah pertemuan membuatmu terbata-bata
Nak. Tunggulah sekejap saja.
Sentuh mimpi kembali
dalam balutan rumusan bahasa
dan kata, berdiri di atas algoritma
beralaskan renjana muka dengan muka,
senyum dengan tawa, jabat tanpa ralat,
bukan lagi delusi di bawah kuota data
tanpa sentuhan simphoni hati
#Pelajaran2
Tatap muka dan keakraban, akankah terjeda lagi?
Kita masih menunggui ruang maya
Bilik harmoni tersekat sepi dan mati suri
Sementara....Tetiba kita seperti menjelma sosok asing
Tanpa mengenal sesiapa, padahal sedang bersanding
Namun, layar kaca menayangkan wajah berseri
karena interaksi masih terjaga temali hatiÂDari redup rumah, anak-anak mengeja kata "mer-de-ka"
Terbata-bata menghitung angka di telunjuk "sang kuasa"
Begitu banyak kegetiran yang tak pernah di dengar telinga
Begitu banyak tanda tanya menjelma kata-kata mutiara
Kita tetap mengeja kata, tentang belajar arif bijaksana
#Pelajaran3
Kiwari masa teknologi,
Kita jangan alergi, justru harus menguasai
Juga perlu menyesuaikan diri, tanpa lupa diri
Semua ada masanya dalam hidup ini
Tak perlu mengungkit masa lalu begitu begini
Pastikan hidup bersenyawa saat ini
Ini adalah tentang pembelajaran tatap muka
bahwa pendidikan harus dilanjutkan
Apapun rintangan di hadapan
Demi cita-cita dan masa depan anak-anak muda
Gemilang penuh harapan bagi tunas bangsa
***
Puisi ini adalah hasil kolaborasi tujuh kompasianer, yaitu : Mas Han, Indra Rahardian, Katedrarajawen, Arif R.S, Siti Nazarotin, Ayu Dihastuti dan Ari Budiyanti.Â
Secara kebetulan Mas Han memantik puisi ini, menyunting, mengurutkan dan menyelaraskan tanpa mereduksi substansi yang dimaksudkan oleh para kompasianer yang nyawer bait syair pada puisi ini. Semoga bermanfaat. Terima kasih.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H