Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembelajaran Tatap Muka: Alamiah dan Naluriah, Takkan Bisa Dicegah

27 Agustus 2021   14:26 Diperbarui: 27 Agustus 2021   14:43 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran tatap muka itu naluriah dan juga alamiah. Manusia adalah mahluk sosial, yang secara sosial selalu membutuhkan percakapan atau komunikasi baik langsung maupun tak lagsung (daring), bertatap muka dan bahkan saling bersentuhan. 

Saling berinteraksi satu sama lainnya, baik secara personal atau individual maupun secara sosial adalah kondisi alamiah dan berkaitan dengan hakikat kemanusiaan. 

Sebagai mahluk hidup, manusia secara alamiah akan cenderung selalu bertatap muka dan bahkan saling menyentuh (berjabat tangan, cium tangan, dan sebagainya) sebagai bentuk interaksi simbolik relasi mahluk sosial.  

Karenanya melahirkan kebudayaan dan tradisi- tradisi yang beranekaragam. Interaksi individual dan sosial secara langsung, adalah budaya atau perilaku yang lahir karena kecenderungan alamiah. 

Sementara interaksi sosial individual dan sosial secara virtual atau online adalah sebuah rekayasa dalam dinamika perkembangan zaman. Salah satunya adalah karena adanya rekayasa teknologi. 

Video call, meeting zoom, telekonferens ataupun percakapan virtual atau online lainnya adalah rekayasa teknologi digital, untuk memudahkan percakapan, tanpa terhalang jarak dan waktu. 

Atau seperti masa pandemi, percakapan online atau virtual, menjadi cara untuk mensiasati kondisi yang memaksa karena menjaga agar, tidak terdampak pandemi. 

Meski demikian, kondisi itu bersifat situasional dan kontekstual. Manusia tetap secara naluriah membutuhkan percakapan secara langsung, bertatap muka, bahkan saling menyentuh. 

Manusia, sekaligus juga secara naluri berinteraksi secara sosial dengan orang lain. Interaksi yang paling alamiah adalah melalui percakapan. 

Interaksi satu sama lain bagi manusia, selain menunjukkan  hakiki- nya sebagai mahluk sosial, juga menjadi semacam bentuk budaya yang lahir sendirinya sebagai perilaku yang melekat sebagai mahluk sosial. 

Ada saling relasi, selalu berhubungan antara diri sebagai mahluk sosial dan perilaku, baik dalam pandangan sosial maupun kultural. 

Jadi bentuk interaksi sosial baik dalam perilaku sebagai person maupun kelompok, adalah sesuatu yang melekat dan alamiah. Oleh karenanya, hal itu takkan bisa dibendung atau dihalangi. 

Sebagai mahluk sosial, manusia juga secara naluriah melakukan interaksi dalam bentuk percakapan, dialog secara langsung dengan individu lain. 

Secanggih apapun alat komunikasi di dunia ini, namun secara alamiah dan naluriah hakiki kemanusiaannya tetap akan berkecenderungan untuk melakukan dialog atau percakapan secara langsung. 

Hal ini berkaitan dengan hal lainnya. Termasuk dalam konteks pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka adalah bentuk interaksi antar manusia,  baik bersifat personal maupun sosial. 

Oleh karenanya, pembelajaran tatap muka, tetap sebagai bagian dari bentuk interaksi sosial yang paling paling alamiah dan naluriah. 

Tatap muka adalah bentuk interaksi manusia, yang secara alamiah dan naluriah lahir dengan sendirinya, melekat dan hakiki di dalamnya. 

Dalam waktu tertentu orang bisa saja bercakap-cakap melalui video call, telekonferens dan sebagainya.

Namun secara naluriah, setiap manusia pasti membutuhkan percakapan secara langsung, bertatap muka dan melihat gesture secara langsung. 

Itu alamiah dan naluriah sebagai manusia. Takkan mungkin bisa dicegah. Kalaupun dicegah, bersifat temporal. 

Bagaimanapun, hal yang bersifat hakiki, sejati, naluriah dan alamiah dari Sang Maha Pencipta, tak bisa dihentikan.

 Jadi selama ini kegiatan yang sifatnya virtual, dengan kecanggihan apapun, sifatnya kondisional dan sementara. 

Pada waktunya akan mencapai titik klimaks. Manusia tak bisa lagi bertahan untuk selalu bercakap-cakap secara jarak jauh melalui peralatan teknologi, secanggih apapun. 

Hakiki kemanusiaan untuk berinteraksi langsung, bahkan bersentuhan adalah keniscayaan. Tak bisa dicegah, kecuali hanya ditunda, karena situasional, kondisional dan kontekstual. 

Kegiatan yang bersifat virtual, sebenarnya lambat laun menegasikan sisi kodrati kemanusiaan, selain mendegradasi rasa kemanusiaan, juga merubah tatanan sosial. 

Meski demikian, karena tujuannya juga untuk kepentingan kemanusiaan, maka harus dilakukan. Namun, sekali lagi sifatnya kondisional dan temporal. 

Manusia akan kembali ke kodratnya, sebagai mahluk yang saling bertatap muka dan bersentuhan, dalam berbagai bentuk interaksinya sebagai mahluk sosial. 

Demikian. Semoga bermanfaat

Salam hormat.
Mas Han. Manado, 27 Agustus, 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun