Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sketsa tentang Kekasih, Cinta dan Kerinduan

24 Agustus 2021   10:50 Diperbarui: 24 Agustus 2021   20:03 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi : Sketsa Tentang Kekasih, Cinta dan Kerinduan

Oleh : Zaldy Chan, Indra Rahardian, Mas Han, Ayu Diahastuti dan Siti Nazarotin

#Sketsa 1

Dan, seperti butiran salju yang dijamah sinaran mentari.
Satu demi satu jiwa-jiwa luluh mencari pintu sepi.
Menakar diri. Dan pergi.

Kemudian, gelombang rasa terlontar ke udara.
Sejenak menari di titian pelangi.
Sebelum singgah di kelopak melati.
Menagih kata suci. Janji.

Memelukmu seperti angin malam yang singgah di dahan.
Tak mungkin bisa bertahan dalam waktu.
Maka, angin membawamu berlalu
dalam sapuan kabut yang jatuh di rerumputan

Janji tinggal janji. Pamit berkali-kali.
Kemudian kembali. Pelukku masih basah.
Air matamu tumpah, mengering dan tumpah lagi.
Pergilah, kekasih.

***

#Sketsa 2

Kabut bergelayut
Suasana sunyi mencekam
Kerisauanpun menghampiri
Hingga tak kuasa menahan serpihan kerinduan
Tinggallah sunyi yang terlelap dalam kesendirian

Jarum jam tersesat tanpa arah.
Mengeja denting sunyi yang terdampar rasa salah.
Menunggu bukanlah membunuh waktu.
Tapi, menimang rindu. Padamu

Kesahmu mendera,
laksana angin meniupi selaput rasa,
dalam titian manis sesap harapku di balik timbunan masa,

Dentingmu mengalunkan ingin dalam anganku, cintaku,
sesaat setelah layung
menggoreskan kisah lama kita di angkasa....

engkau, pujangga pemilik bukit asmaradahanaku,
tunaikan ucap akanmu dalam setiap bait mimpi indahku

***

#Sketsa 3

Sosokmu sulit kurengkuh
Dalam diam, hasrat hatiku tak bisa luruh
Inginku menghantam kerinduan tedalam. Semakin dalam. Dalam diam.

Mengapa usaikan rasa
bila kau pun mendamba asmara?
Rengkuhlah zirah renjana,
ambillah kembali rindu meski secupak di batas cakrawala

Rasa ini seperti sejauh cakrawala
di garis bianglala.
Ingin kerengkuh dalam pelukan malam
meski jauh dari purnama.
Demi rindu yang bertabur bintang.
Mendekatkan asmara yang senyap
ditelan awan.

Kau tahu?

***

Puisi ini adalah hasil kolaborasi lima orang kompasianer, secara spontan, meskipun selalu ada provokasi untuk memulai. Spontan hasil percakapan dan secuil debat semalam (23 Agustus 2021). Lima orang kompasianer itu adalah Zaldy Chan, Indra Rahardian, Mas Han (Trio Pujangga Kasep) dan Ayu Diahastuti, Siti Nazarotin (Duo Pujangga Wanita Bertangan Lembut). 

Urutan bait diatur oleh Sang Provokator Puisi Zaldy Chan, sekaligus membuat penyelarasan dan penyuntingan. Mas Han, hanya bertugas untuk mengunggah. 

Lihat ulasannya disini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun