Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Dari Zaman Batu hingga Zaman Digital, Sungai adalah Urat Nadi Kehidupan

1 Agustus 2021   15:16 Diperbarui: 2 Agustus 2021   09:16 1737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Sungai Ciliwung di Jakarta. Sumber: Kompas

Di Halmahera Utara, terdapat Sungai Loloda, di tepi sungainya, pernah berdiri Kerajaan Loloda, salah satu dari lima penguasa di wilayah Maluku, selain Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Loloda kemudian hancur, dikalahkan oleh Belanda, sehingga pada abad 17 M, kerajaan itu sudah tidak ada lagi dan disebut sebagai kerajaan yang hilang. 

Baca Juga : Loloda, Menemukan Sejarah Yang Hilang

Beralih ke Sulawesi Selatan, Sungai Walannae yang membentang dari hulu ke muara di Kabupaten Soppeng, adalah sungai purba yang menyimpan jejak-jejak kehidupan purba pada masa prasejarah. Situs prasejarah Sungai Walannae, dianggap sebagai situs prasejarah paling tua di Sulawesi Selatan. 

Menurut arkeolog Budianto Hakim, seorang peneliti senior di Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, para ahli sebagai situs tertua dan merupakan situs yang kaya tinggalan arkeologi dan tidak akan pernah habis untuk penelitian tentang manusia purba, budaya dan lingkungannya. 

Di situs Purba Sungai Wallanae, juga ditemukan sebaran alat-alat batu yang sangat sederhana serta didukung oleh penemuan fosil binatang purba yakni spesies stegodon dan gajah bersama dengan babi dan spesies babi yang telah punah (Celebochoerus Heekereni). Nama yang merujuk penemu pertama, seorang arkeolog Belanda, bernama Van Hekereen, yang pertama kali meneliti di sana pada tahun 1947. 

Ilustrasi Peta Sebaran Situs-situs di tepi aliran Sungai Walennae, Bone Barat. Sumber: Dokumentasi Balar Sulsel/Budianto Hakim, 2018
Ilustrasi Peta Sebaran Situs-situs di tepi aliran Sungai Walennae, Bone Barat. Sumber: Dokumentasi Balar Sulsel/Budianto Hakim, 2018

Menurut Budianto Hakim, keberadaan situs-situs di sepanjang merupakan contoh kecenderungan manusia purba menghuni lingkungan sungai. Kondisi ini dapat dipahami mengingat keberadaan air memberikan keragaman manfaat. 

Selain untuk memenuhi kebutuhan pokok, ketersedian air dalam suatu lingkungan akan mengundang berbagai binatang untuk hidup di sekitarnya. Keberadaan air memberikan kesuburan bagi pertumbuhan berbagai tanaman, juga mobilitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya. 

Pendek kata, kebutuhan-kebutuhan itu, dalam rentang waktu yang berbeda, menunjukkan sungai sangat penting dan vital perannya untuk menjaga nafas kehidupan umat manusia. 

Coba, kita tengok sebentar, di Sumatra Selatan, Sungai Musi sampai hari ini adalah ikon kota Palembang. Di masa lampau, Sungai Musi adalah wilayah DAS, dimana Kerajaan Sriwijaya berdiri. Banyak temuan arkeologi membuktikan, bahwa Kerajaan Sriwija berdiri di tepian Sungai Musi. Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Palembang adalah Sungai Musi. 

Ilustrasi, Sungai Musi. Sumber: Jelajah Kompas
Ilustrasi, Sungai Musi. Sumber: Jelajah Kompas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun