Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kemarin yang Hilang

13 Juli 2021   12:18 Diperbarui: 13 Juli 2021   12:46 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, ku tanam pohon kenangan yang ku pungut di setiap jengkal perjalanan. Dalam setiap tapak waktu yang saling berburu di tengah belantara rindu. 

Dalam sunyi lengang kisah yang selalu menanti khabar. Yang dibawa camar, terbang dari perbukitan menuju kampung yang dulu riuh. 

Kemarin, kampung riuh oleh canda tawa anak-anak di jalan dan pematang sawah. Canda yang menanam harapan, bersua matahari yang menghangatkan hari yang lelah. 

Kemarin yang penuh mentari itu, kini telah hilang. Dan anak-anak kampung kehilangan pagi yang cemerlang. 

Dalam kerisauan, pagi cemerlang menghilang. Berganti mendung dan rindu yang berabu,  dalam kisah yang membisu. 

Kemarin yang hilang, kini menanti pagi cemerlang, kembali datang. Menepis dingin dan rindu yang berabu. Lalu esok, mentari pagi menyemai kehangatan yang berpelukan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun