Kemarin, ku tanam pohon kenangan yang ku pungut di setiap jengkal perjalanan. Dalam setiap tapak waktu yang saling berburu di tengah belantara rindu.Â
Dalam sunyi lengang kisah yang selalu menanti khabar. Yang dibawa camar, terbang dari perbukitan menuju kampung yang dulu riuh.Â
Kemarin, kampung riuh oleh canda tawa anak-anak di jalan dan pematang sawah. Canda yang menanam harapan, bersua matahari yang menghangatkan hari yang lelah.Â
Kemarin yang penuh mentari itu, kini telah hilang. Dan anak-anak kampung kehilangan pagi yang cemerlang.Â
Dalam kerisauan, pagi cemerlang menghilang. Berganti mendung dan rindu yang berabu, Â dalam kisah yang membisu.Â
Kemarin yang hilang, kini menanti pagi cemerlang, kembali datang. Menepis dingin dan rindu yang berabu. Lalu esok, mentari pagi menyemai kehangatan yang berpelukan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H