Selain seri pertama, Archi Menjadi Arkeolog, Puslit Arkenas juga melaunching seri kedua Archi,Berpetualang Ke Jati Luwih. Dikisahkan Archi, berpetualang ke Pulau Bali, Pulau Dewata yang sangat indah.Â
Bali bukan hanya terkenal karena alamnya, namun juga tradisi, adat dan budayanya. Bahkan, ada satu adat budaya yang sudah diakui oleh Unesco, sebagai bagian dari warisan budaya dunia, yaitu tentang tradisi dan sistem irigasi di Jati Luwih.Â
Desa Jatiluwih, Tabanan, memiliki persawahan bertingkat-tingkat atau disebut terasiring yang menjadikannnya terkenal di seluruh dunia. Sistem pembagian air untuk persawahan yang dikenal dengan Subak.Â
Subak, sebuah sistem yang dikelola secara gotong royong, tradisional dan ramah lingkungan. Melalui Subak, sumber air yang terbatas dapat dibagi secara adil dan merata pada seluruh area sawah.Â
Subak sendiri berasal dari bahasa Bali, Uak yang berarti membagi, dan sudah ada sejak lebih dari seribu tahun tahun yang lalu. Subak tertulis dalam prasasti kuno Sukawana tahun 882, Prasasti Trunyan tahun 891, Prasasti Bebetin tahun 886, Prasasti Pandak Badung tahun 1071.  Â
Seri ketiga, Archi Berpetualang ke Danau Matano. Dari Archi, kita jadi tahu bahwa Danau Matano adalah danau terdalam di Indonesia, mencapai kedalaman 600 meter.Â
Danau Matano terletak di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Selain terdalam di Indonesia, juga terdalam se Asia Tenggara, dan urutan ke delapan terdalam di seluruh Dunia.Â
Danau Matano, juga mengungkap adanya kampung kuno yang pernah tenggelam, setidakny pada kedalaman 4-16 meter, yang disebut Situs Pulau Empat. Hasil penyelaman arkeologi bawah air, ditemukan jejak-jejak hunian kuno pada kedalaman tersebut, antara lain tembikar, peralatan rumah tangga dan peralatan pandai besi.Â
Daerah Matano, dikenal sebagai penghasil bijih besi, masyarakat disana pada masa lampau adalah masyarakat yang ahli mengolah besi. Pada zaman dulu, persenjataan logam di Kerajaan Majapahit pada sekitar abad 13 M, mengimpor besi dari Luwu yang dihasilkan dari masyarakat Matano tersebut.
Bahkan pada masa pembuatan Candi Borobudur dan Candi Pramabanan, diduga peralatannya menggunakan pula peralatan dari logam, yang dihasilkan dari Desa Matano.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!