Bagaimana membangun arkeologi generasi pembaharu? Kalimat pertama itu yang bakal memancing diskusi dalam kuliah daring. Pertanyaan itu tentu saja tidak bisa melepaskan diri dari narasi soal pentingnya membangun pemikiran baru arkeologi.
Kemarin, saya mendapat kehormatan untuk mengisi materi kuliah daring yang diikuti mahasiswa arkeologi dari berbagai kampus di Indonesia, atas inisiatif Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Sulawesi, Maluku Papua (Sulampapua).Â
Dari IAAI Komda Sulampapua saya disodorkan tema materi kuliah daring itu dengan tema yang di luar bayangan saya sama sekali. Tema itu adalah " Arkeologi Kekinian". Tentu ada banyak pertanyaan soal itu. Apakah kekinian menyangkut arkeolognya atau soal substansi ilmu arkeologi itu sendiri.Â
Bukan karena saya paham materinya, tapi saya lebih mengerti apa yang bisa didiskusikan. Hal itu karena bicara arkeologi kekinian, yaitu pelaku atau arkeolognya, khan lebih banyak bicara tentang harapan-harapan untuk para arkeolog masa kini, menjadikan arkeologi lebih berdayaguna atau bermanfaat.Â
Namun, memang tidak bisa dipungkiri, bicara arkeologi kekinian, meskioun bicara pelakunya atau orangnya, maka tidak bisa lepas juga bicara pemikirannya. Jadi arkeologi kekinian yang dimaksud tentu saja adalah pemikiran baru arkeologi.Â
Saya kemudian menyiapkan materi diskusi daring itu dengan judul "Menjadi Arkeolog Pembaharu"? Judul itu tentu saja saya arahkan bidikannya kepada para generasi arkeologi, mengarah ke arkeolognya atau pelaku arkeologi itu sendiri, bukan bidang keilmuan arkeologinya.Â
Supaya lebih universal nantinya, atau mungkin juga istilah ini sudah dikenal, saya kurang paham dengan perkembangan arkeologi dari sisi filsafat ilmunya. Pemikiran baru arkeologi itu kemudian saya istilahkan  dengan meminjam bahasa asing dengan istilah New Mind Archaeology.Â
Bagaimana pemikiran baru arkeologi atau New Mind Arkeologi itu?
Pemikiran baru arkeologi atau New Mind Arkeologi, meletakkan prinsip pemikiran bahwa arkeologi bukan hanya soal merekonstruksi masa lalu, namun arkeologi juga mengkonstruksi masa depan. Itu inti pertama yang harus menjadi prinsip berpikir baru tentang arkeologi.Â
Jika selama ini secara keilmuan arkeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan masa lampau. Maka pemikiran baru arkeologi adalah, bahwa arkeologi untuk untuk membangun masa depan.Â
Sekali lagi, New Mind Arkeologi, meletakkan pemikiran bahwa Arkeologi bukan hanya mempelajari tentang masa lampau, namun juga pemikiran bahwa arkeologi untuk merumuskan rencana masa depan.Â
Secara filsafat ilmu, maka New Mind Arkeologi, berhubungan dengan soal pemikiran postmodernisme. Pemikiran postmodernisme dapat dinarasikan sebagai pemikiran yang selalu skeptis pada satu solusi.Â
Postmodernisme atau pascamodernisme adalah gerakan abad akhir ke-20 dalam seni, arsitektur, dan kritik, yang melanjutkan modernisme [1]. Dalam pascamodernisme, termasuk interpretasi skeptis terhadap budaya, sastra, seni, filsafat, sejarah, ekonomi, arsitektur, fiksi, dan kritik sastra.
Pascamodernisme sering dikaitkan dengan dekonstruksi dan pascastrukturalisme karena penggunaannya sebagai istilah mendapatkan popularitas yang signifikan pada waktu yang sama dengan pascastrukturalisme, yaitu dalam abad kedua puluh. [2]
Narasi itu sebenarnya dapat diartikan bahwa pemikiran-pemikiran tentang modernisasi tidak cukup dapat menjawab soal-soal di dunia ini yang begitu beragam. Namun selalu dibutuhkan pemikiran-pemikiran baru untuk menjawab berbagai persoalan di dunia ini.Â
Selalu bersikap kritis dan skeptis dimaksudkan, bahwa modernisasi tidak selalu dapat menjawab seluruh persoalan manusia (bersikap skeptis) untuk itu selalu dibutuhkan pemikiran-pemikiran baru untuk mengatasi banyaknya persoalan di dunia (bersikap kritis).Â
Oleh karena itu postmodernisme, bagi dunia arkeologi seharusnya melahirkan New Mind Arkeologi. Dan pemikiran baru itu semestinya melekat di diri arkeologi generasi pembaharu atau New Generation Arkeologi, sebagai bagian dari solusi pemecahan persoalan kemanusiaan juga persoalan kebangsaan.Â
Pemikiran baru arkeologi atau New Mind Arkeologi mensyarakatkan bagi tumbuh dan berkembanganya generasi baru arkeologi atau generasi arkeologi pembaharu- New Generation Arkeologi, khususnya generasi baru para arkeolog tanah air, Indonesia yang kita cintai ini.  Â
Berdasarkan ciri pemikiran postmodernisme, sebagaimana yang dapat disimpulkan dari Amin Abdullah (2004), maka pemikiran baru arkeologi atau New Mind Arkeologi bagi lahir, tumbuh dan berkembangnya arkeologi generasi pembaharu atau New Generation arkeologi.Â
Generasi arkeologi pembaharu-  New Generation Arkeologi, adalah bagian dari Generasi milenial (Gen Z),  memiliki pemikiran baru atau New Mind Arkeologi,  yang antara lain berciri:
Pertama, Anti kemapanan dan Berpikir Kritis
Tidak ada sesuatu itu bersifat statis, atau tetap/mapan. Standar yang dilihatnya kaku dan terlalu skematis sehingga tidak cocok untuk melihat realitas yang jauh lebih rumit. Maka harus diubah, diperbaiki, dan disempurnakan oleh para pemikir postmodernisme.Â
Pemikiran baru generasi arkeologi pembaharu, harus melihat banyak hal, isu ataupun persoalan secara dinamis. Juga Berpikir kritis, selalu berpikir analitif, menganalisis atau selalu melakukan analisas yang tajam sebelum untuk betul-betul meyakini fakta.
Kedua, Relatif dan kontekstualÂ
Pemikiran ini berprinsip bahwa tidak ada budaya yang sama dan sebangun antara satu dengan yang lain, nilai-nilai budaya jelas sangat beraneka ragam sesuai dengan latar belakang sejarah, geografis, dan sebagainya.Â
Para pemikir postmodernisme menganggap bahwa segala sesuatu itu relatif dan tidak absolut, karena harus mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada.
Berdasarkan narasi itu, maka pemikiran baru arkeologi pembaharu, selalu berpikir kontekstual, bahwa setiap persoalan itu dinamis, sehingga dibutuhkan pemikiran yang dinamis dan tidak kaku pula, tidak skematis dan tidak berdasarkan pola baku.Â
Setiap persoalan kemanusiaan atau kebudayaan, dibutuhkan pemikiran yang penuh alternatif-alternatif baru untuk menghasilkan solusi yang seusi berdasarkan konteks persoalan pada ruang dan waktu tertentu.Â
Ketiga, Bersifat Pluralisme
Pluralisme budaya, agama, keluarga, ras, ekonomi, sosial, suku pendidikan, ilmu pengetahuan, politik merupakan sebuah realitas. Artinya bahwa mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama dan budaya.
Para generasi baru arkeologi harus memiliki pemikiran baru, bahwa dunia ini sangat plural atau majemuk. Oleh karena itu pemikiran baru bersifat terbuka untuk menerima segala perbedaan atau kemajemukan sebagai sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari.Â
Jika mengadaptasi pemikiran Postmodernisme, maka generasi arkeologi kekinian atau generasi arkeologi pembaharu, setidaknya juga memiliki ciri sikap hidup dan mentalitas sebagai berikut :
- Inovatif dan Kreatif
Secara aktif, inovatif dalam menangkap Isu atau persoalan di tengah masyarakat sesuai kemampuan keilmuannya. Selain itu juga kreatif dalam  menghasilkan karya. Inovasi merupakan bentuk perwujudan sesuatu yang baru atau membuat pembaruan terhadap sesuatu yang sudah ada.
Sementara itu, kreatif adalah suatu kemampuan membuat dan menemukan terobosan baru dalam pemecahan masalah dengan cara yang baru serta juga unik yang berbeda dan juga lebih baik dari sebelumnya.
- Multi Talent dan Multi Tasking
Generasi arkeologi kekinian atau pembaharu, adalah para arkeolog millenial yang mengetahui kemampuan dasar, namun sekaligus mampu mengembangkan kemampuan lain, sehingga kemampuan dasarnya berpadu kemampuan lain yang berhasil dikembangkannya.Â
- Bersikap Adaptif dan Peka Terhadap Perubahan
Generasi baru arkeologi adalah generasi arkeolog pembaharu yang mampu memahami situasi aktual lingkungannya, sehingga dengan mudah mampu mengatasi perubahan, sekaligus mampu mensiasati kondisi dan situasi aktual.Â
Generasi arkeologi pembaharu adalah kaum arkeolog millenial yang mampu menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan, sekaligus mampu mengatasi berbagai keadaan yang dilaluinya.
Secara keilmuan generasi arkeologi pembaharu, mampu mengoptimalkan pengetahuannya untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan dan perkembangan zaman. Termasuk dalam hal ini adalah perkembangan kebudayaan dalam episode peradaban yang dilaluinya.Â
- Mentalitas Survival
Generasi baru arkeologi, yang memiliki mentalitas survival, diharapkan mampu selalu berpikir solutif, menemukan solusi dan alternatif-alternatif baru dalam menghadapi berbagai tantangan. Dalam hal ini tantangan zaman dan peradaban yang semakin maju dengan segala kompleksitas masalahnya.Â
- Berpikir Out of The Box
Saya memahami berpikir out of the box adalah kemampuan berpikir luas dan selalu mampu membangun kerangka pikir baru. Oleh karena itu generasi arkeologi pembaharu, generasi milenial adalah para arkeolog generasi Z, yang mampu membuat terobosan-terobosan baru, bagi kemajuan kebudayaan dan peradaban di nusantara.Â
Berpikir out of the box di satu sisi, namun di sisi lain, mengutip cara pandang arkeolog yang sangat dihormati para arkeolog lainnya di Indonesia, yakni Daud Aris Tanudirjo, seorang akademisi dan arkeolog Universitas Gajah Mada, yaitu berpikir In The Glass Box.
Kita berada dalam kotak kaca, sehingga mampu melihat dunia luar dengan jelas dan dunia luar juga bisa melihat pemikiran kita dengan jelas. Berpikir In The Glass Box, menurutnya akan membuat kita cerdas dalam menyikapi persoalan dan memiliki kekuatan atau kemampuan menemukan dan membangun kerangka-kerangka pemikiran yang baru. Â
Bagi saya, pemikiran baru arkeologi yang dibutuhkan para arkeolog generasi pembaharu, akan menciptakan generasi arkeologi yang tidak hanya melek budaya, namun juga melek teknologi.Â
Sikap hidup dan pemikiran demikian, akan melahirkan generasi milenial yang memiliki jati diri, karakter yang kuat atau generasi milenial yang berkepribadian.Â
Kemampuan menguasai teknologi dalam perkembangan zaman kekinian, dapat dioptimalkan untuk menjawab tantangan zaman dalam memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan dan persoalan kebangsaan.Â
Generasi yang tidak larut dalam pengaruh teknologi yang mendegradasi basis nilai kebudayaan, namun menguasai teknologi untuk menjawab soal-soal kebudayaan. Prinsip generasi baru arkeologi adalah menguasai teknologi untuk tujuan pemajuan kebudayaan dan pemuliaan peradaban.
Tidak kaget dengan teknologi, menguasai teknologi namun tidak gagap budaya. Sebaliknya juga tidak gagap teknologi, meskipun menjunjung basis nilai-nilai kebudayaan masa lampau. Â Â
Sikap hidup seperti itu, memerlukan keterbukaan berpikir. Para arkeolog muda milenial, generasi arkeolog pembaharu yang berpikir terbuka, pasti peka terhadap berbagai perubahan dan kondisi aktual. Sehingga hal itu akan menumbuhkan sikap yang peka dan cepat merespon isu, problem dan dinamika sosial.Â
Seterusnya, hal itu akan membuat generasi arkeologi pembaharu, para arkeolog muda milenial menjadi sosok individu yang multitasking, produktif dan mampu bekerjasa dalam membangun tim work yang baik.Â
Kemampuan adaptifnya, membuat generasi muda arkeolog pembaharu menjadi seorang yang multitalent dan multitasking. Kondisi itu juga akan memicu produktivitas yang tinggi, dari setiap aktivitasnya.Â
Hal yang penting berikutnya, kondisi sebagaimana yang sudah diuraikan, akan menciptakan generasi muda arkeolog pembaharu menjadi seorang inisiator, konseptor dan kreator yang ulung.Â
Keterbukaan teknologi informasi, menciptakan generasi yang mampu menjadi inisiator, konseptor dan kreator yg dapat diandalkan. Selain itu juga visioner dan inovatif. Dengan kecepatan respon (fast respon)nya pula, mobilitas serta aktivitas yang tinggi membuat mereka terbiasa melakukan banyak hal dengan cepat.Â
Demikianlah, sudah saatnya kalangan arkeologi Indonesia, para arkeolog yang berkecimpung dalam dunia arkeologi yang bekerja merekonstruksi masa lalu untuk menggali jati diri bangsa, semakin mengembangkan pemikiran baru arkeologi.Â
Pemikiran baru arkeologi, yang bergerak di ranah kebudayaan masa lalu untuk mengkonstruksi kehidupan masa depan. Semua pemikiran baru (New Mind) arkeologi itu, perlu ditransformasikan kepada para generasi muda milenial, sebagai generasi  pembaharu (new generation) arkeologi.Â
Demikian... Salam Milenial.. Salam Pembaharu... Salam Arkeologi.. Salam Budaya.. Salam Lestari
Salam Hormat
Wuri Handoko, Manado 14/02/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H