Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sulawesi Utara: Kaya Tontonan, Kaya Tuntunan

18 Februari 2021   14:30 Diperbarui: 18 Februari 2021   16:25 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase lumpang batu di Kabupaten Minahasa Selatan. Sumber: Balar Sulut

Provinsiku Istimewa, Sulawesi Utara. Salah satu wilayah Indonesia, yang memiliki kekayaan, sumberdaya budaya dan sumberdaya arkeologi yang melimpah, menjadi keistimewaan juga keutamaan wilayah ini sebagai bagian kekayaan Nusantara.

Sulawesi Utara, juga terkenal sebagai wilayah yang menjadi destinasi wisata karena kekayaan alamnya. Jadi menuliskan kedua poin utama itu, seperti menulis sebuah rangkuman perjalanan wisata juga perjalanan riset kebudayaan. 

Perpaduan antara obyek wisata alam, juga wisata budaya, menjadikan Sulawesi Utara, menjadi daerah destinasi utama wisata baik oleh wisatawan domestik maupun wisatawan luar negeri. 

Pagoda Ekayana, Tomohon, Minahasa Utara. Sumber: https://travel.okezone.com/
Pagoda Ekayana, Tomohon, Minahasa Utara. Sumber: https://travel.okezone.com/
Bagi banyak orang, Sulawesi Utara, bisa menjadi tujuan wisata kedua yang paling banyak diminati setelah Bali. Oleh karena itu, tak heran jika pemerintah membuka rute penerbangan langsung luar negeri ke Sulawesi Utara melalui Bandara Sam Ratulangi, Manado. 

Salah satu penerbangan langsung Manado ke wilayah negeri Tiongkok menjadi yang paling populer, sehingga tiap tahun sebelum pandemi Covid 198, wisatawan dari Tiongkok, membanjiri obyek-obyek destinasi wisata di Sulawesi Utara. 

Pantai Tulap, Minahasa. Sumber: Dokpri
Pantai Tulap, Minahasa. Sumber: Dokpri
Seringkali kita temui, sebelum pandemi ini, hotel-hotel di Manado penuh sesak oleh tamau-tamu wisatawan dari negeri panda itu. 

Adapun 10 rute Internasional tersebut yakni, Guangzhou, Shanghai, Changsa,Tianjin, Xian, Wuhan, Zhengzhou dan Nanjing (Lion Air),  Nanning (Sriwijaya) dan Singapore (silk air) (RRI).

Kekayaan Panorama, Kekayaan Tontonan

 Di wilayah Sulawesi Utara, hampir setiap kabupaten dan kota, memiliki destinasi wisata yang sangat menarik. Berbagai panorama baik gunung dan pantai, menjadi obyek wisata alam yang menarik minat wisatawan untuk datang. Dilengkapi sajian kuliner yang nikmat menggoyang lidah. 

Hampir seluruh panorama obyek wisata alam itu, sudah dikelola menjadi lokasi wisata yang menjanjikan, lalu diintegrasikan dengan wisata kuliner yang menambah daya pikat obyek panorama alam itu. 

Pulau Baling Baling, Minahasa Tenggara. Sumber: Disparbud Kab. Minahasa Tenggara
Pulau Baling Baling, Minahasa Tenggara. Sumber: Disparbud Kab. Minahasa Tenggara
Tak terbantahkan adalah keindahan panoramanya. Pantai, perbukitan dan pegunungan adalah ciri paling ikonik dan perpaduan yang menawan, lagi mengagumkan. 

Jika anda berkunjung ke negeri ini, anda akan disuguhkan keindahan dan Keagungan ciptaan Tuhan, yaitu alam yang demikian menakjubkan. 

Demikian diantaranya ungkapan saya, saat melihat panorama di Bumi Minahasa, yang saya tuliskan pada artikel saya beberapa waktu lalu, berjudul "Senja di Langit Minahasa".

Kota Manado adalah ibukota dari Sulawesi Utara. Wilayah ini menempati daratan yang disebut sebagai Semenanjung Minahasa. Pantai Malalayang adalah tempat nongkrong untuk masyarakat Kota Manado yang murah meriah. 

Pantai yang indah, dengan sajian paket lengkap Pulau Manado tua, pemandangan kota dan senja pantai yang indah dan memikat. Juga tak lupa, sajian kuliner yang bersahaja dan nikat, kopi dan pisang goreng yang lezat. 

Di wilayah Likupang, Minahasa Utara, kita bisa melihat panorama alam, Bukit Dian, apalagi di saat senja menjelang malam. Semburat jingga menghiasi pemandangan di atas bukit, melihat kota, sungai, dan pantai dari ketinggian. 

Salah satu tempat favorit yang selalu dikunjungi kawula muda, tua  dan remaja. Tempat ini tak begitu jauh dari Manado, satu jam perjalanan dengan kendaraan darat sudah sampai di tempat ini. 

Senja di Bukit Dian, Likupang, Minahasa Utara. Sumber: Dokpri
Senja di Bukit Dian, Likupang, Minahasa Utara. Sumber: Dokpri
Selanjutnya Kota Tomohon, kota yang dianggap paling ikonik di Sulawesi Utara. Di kota ini, banyak destinasi wisata yang terkenal dan selalu dikunjungi para tamu wisatawan baik domestik maupun mancanegara. 

Di Kaki Gunung Lokon, Tomohon, publik sangat mengenal Amphi Theater dan Cafe Welu. Lokasinya berdekatan dan mudah dijangkau. Pengunjung akan disuguhkan panorama di kaki gunung Lokon, sambil memandang Gunung Lokon, yang tampak sangat dekat dan menakjubkan. 

Lalu, pengunjung juga dapat dengan santai menikmati udara yang asri dan sejuk di kaki gunung, ditambah lagi sajian kuliner yang nikmat dengan tempat santai yang memanjakan diri dan hati. 

Pendek kata, Provinsi Sulawesi Utara, menyajikan tontonan panorama yang menjanjikan. Semua mata, melihat Sulawesi Utara, adalah sebuah keindahan yang tak lekang dimakan zaman. Sajian panorama, sebagai keAgungan Ilahi yang abadi. 

Sulawesi Utara, Kekayaan Sumberdaya Budaya sebagai sumber Tuntunan

Selain kaya tontonan, panorama alam yang indah, Sulawesi Utara juga kaya sumberdaya budaya, baik budaya benda (tangible) maupun budaya tak benda (intangible). 

Warisan budaya leluhur Minahasa umumnya, adalah yang paling dikenal. Musik Kulintang dan Tarian Maengket adalah warisan budaya leluhur yang hingga kini masih dilestarikan. Seni tradisi yang menjadi ciri yang lekat dengan masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara. Dan tentu masih banyak tarian adat lainnya. 

Field School di Taman Waruga, Airmadidi, Minahasa Utara. Sumber: Balar Sulut
Field School di Taman Waruga, Airmadidi, Minahasa Utara. Sumber: Balar Sulut
Selain itu ada warisan budaya yang juga warisan leluhur yang hingga kini masih hidup, menjadi keseharian masyarakat baik di desa bahkan juga di perkotaan. Budaya Mapalus, yakni tradisi gotong royong masyarakat Minahasa, yang tumbuh sejak awal berkembangnya peradaban masyarakat Minahasa. 

Budaya Mapalus merupakan praktik tua yang melembaga di Minahasa sejak sebelum Kekristenan diterima secara masif dan sejak tanam paksa kopi diberlakukan awal abad 19.

Mapalus, berupa kegiatan kerja sama bersifat sosial. Kerjasama semakin meluas, termasuk kegiatan-kegiatan adat, mendirikan rumah, membuat perahu, perkawinan, dan sebagainya. Sama seperti pada umumnya bentuk gotong royong lainnya di Nusantara. 

Baca juga : Mapalus, Budaya Gotong Royong Leluhur yang Tetap Hidup di Masyarakat Minahasa

Intisari Mapalus, sebagai tradisi hidup bergotong royong, bersumber pula dari informasi kearkelogian dari artefak, warisan budaya benda yang disebut waruga. Waruga merupakan ikon kebudayaan masyarakat Sulawesi Utara pada umumnya, dan MInahasa khususnya. 

Waruga bukan hanya peti kubur batu, namun ia adalah penanda identitan budaya khas masyarakat Minahasa, sejak dua ribuan tahun yang lalu, yang pertama kali diperkenalkan oleh leluhur Austronesianya. Dengan pintu masuk Austronesia melalui Kepualuan Sangihe dan Talaud. 

Do Talaud dan Sangihe, jejak peradaban awal Austronesia dapat ditemukan, juga cikal bakal pertanian masa awal dengan bukti-bukti arkeologi dan kehidupan pertanian disana yang masih bertahan. Masyarakat disana bahkan dikenal sebagai penghasil jagung dan sayuran, sampai sekarang. 

Selain sebagai sumber tuntunan, untuk media penguatan pendidikan dan karakter, pemajuan kebudayaan, beberapa kompleks waruga juga ditetapkan sebagai cagar budaya, menjadi Taman Cagar Budaya Waruga, sebagai obyek wisata. Artinya waruga juga menjadi tontonan edukatif. 

Di sepanjang Semenanjung Minahasa, Sulawesi Utara, meliputi wilayah administratif Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara dan juga wilayah Kabupaten di luar wilayah etnis Minahasa, seperti Bolaang Mongondow, juga banyak warisan budaya yang tersebar. 

Di Minahasa Selatan, banyak ditemukan tinggalan megalitik menhir atau batu tegak yang dikenal dengan Batu Tumotowa, juga lesung dan lumpang batu, yang pada masa lampau menandai sebagai perkakas yang digunakan sebagai ritual sakral, selain itu juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk perlatan menumbuk biji-bijian. 

Kolase lumpang batu di Kabupaten Minahasa Selatan. Sumber: Balar Sulut
Kolase lumpang batu di Kabupaten Minahasa Selatan. Sumber: Balar Sulut
Kesemuanya itu memberikan edukasi bahwa sejarah masa lampau masyarakat Minahasa, dikenal sebagai komunitas petani yang religius. Sebaran lesung dan lumpang batu, membuktikan bahwa pada masa lampau, daerah itu sebagai pusat pengolah pertanian yang maju. 

Bahkan dalam beberapa tulisan saya sebelumnya, menyimpulkan bahwa daratan Minahasa, terutama di bagian selatan, merupakan daerah sentra pangan, memiliki surplus pangan sehingga mampu swasembada pangan.

Ketahanan pangan masa lampau, menjadi pelajaran berharga untuk pengembangan pertanian dan olah pangan di masa kini dan di masa yang akan datang. 

Demikian juga di Minasahasa lainnya, semisal Minahasa Tenggara, meskipun bukti-bukti temuan waruga terbilang minim, namun banyak ditemukan pula lesung dan lumpang batu. Karakter budaya yang sama dengan wilayah Minahasa Selatan. 

Dengan demikian, warna budaya antara Minahasa dan Minahasa Utara dengan Minahasa Sleatan dan Minahasa Tenggara berbeda, menunjukkan kemultibudayaan masa lampau dengan jelas dapat dilihat. 

Minasaha dan Minahasa Utara, identik dengan peti kubur batu waruga, sedangkan di Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara identik dengan budaya lesung dan lumpang batu. 

Meskipun berbeda karakter warisan budaya bendanya, namun kedua wilayah itu menunjukkan karakter tradisi dan budaya tak benda yang sama, yakni tradisi kerjasama dan gotong royong yang kuat. 

Menhir atau Batu Tumotowa ditemukan di Kab. Minahasa Selatan. Sumber: Balar Sulut
Menhir atau Batu Tumotowa ditemukan di Kab. Minahasa Selatan. Sumber: Balar Sulut
Warisan budaya di Sulawesi Utara, baik warisan budaya benda (tangible) maupun warisan budaya tak benda (intangible) menjadi sumber inspirasi dan media edukasi, menjadi sumber praktek baik (best practice) dalam bidang penguatan pendidikan dan pemajuan serta pemuliaan peradaban. 

Warisan budaya itu, dapat memberikan pelajaran penting berdasarkan nilai dan makna kebudayaannya tentang sejarah perkembangan peradaban sejak masa lampau ribuan tahun lalu, hingga masa sekarang di era kemajuan teknologi. 

Kita lihat, tradisi Mapalus atau gotong royong hingga sekarang masih dipraktekkan, tidak saja pada masyarakat tradisional di pedesaan, maupun masyarakat yang kehidupannya lebih modern di perkotaan. 

Kehidupan dengan tradisi budaya dan kearifan lokal masa lalunya, masih menjadi warna bagi kelangsungan dan perkembangan peradaban hingga saat ini.

 Justru itu pentingnya pelestarian sumberdaya budaya, sebagai salah satu bentuk penguatan jatidiri bangsa perlu dipertahankan. Menjaga nilai-nilai luhur warisan budaya bangsa, ditengah pesatnya kemajuan teknologi dan persaingan global. 

Tradisi Musik Kolintang masyarakat Minahasa. Sumber: https://acsujabodetabek.wordpress.com/
Tradisi Musik Kolintang masyarakat Minahasa. Sumber: https://acsujabodetabek.wordpress.com/
Praktek baik mempertahankan tradisi dan budaya leluhur sebagai wujud kebesaran peradaban yang kita miliki, menjadi modal sosial pembangunan, seperti halnya negara besar seperti Tiongkok dan Jepang. 

Keduanya adalah negara besar di Asia yang sangat maju, dan keduanya dikenal sebagai negara yang sangat menjunjung tinggi dan melestarikan nilai-nilai tradisi dan budaya leluhurnya. 

Menguasai teknologi dan ekonomi dunia, namun tetap mempertahankan warisan budaya leluhurnya. Ini perlu menjadi contoh untuk Indonesia. Kuat pondasi kebudayaannya, dan adaptif mengikuti dan menguasai perkembangan zaman. 

Menjadi bangsa yang besar karena kemampuan ekonomi dan teknologinya, tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya leluhurnya, bahkan nilai-nilai budaya luhur menjadi spirit untuk semakin maju dan berkembang menjadi bangsa yang besar. 

Demikian...Salam Budaya...Salam Lestari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun