Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sulawesi Utara: Kaya Tontonan, Kaya Tuntunan

18 Februari 2021   14:30 Diperbarui: 18 Februari 2021   16:25 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagoda Ekayana, Tomohon, Minahasa Utara. Sumber: https://travel.okezone.com/

Di Minahasa Selatan, banyak ditemukan tinggalan megalitik menhir atau batu tegak yang dikenal dengan Batu Tumotowa, juga lesung dan lumpang batu, yang pada masa lampau menandai sebagai perkakas yang digunakan sebagai ritual sakral, selain itu juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk perlatan menumbuk biji-bijian. 

Kolase lumpang batu di Kabupaten Minahasa Selatan. Sumber: Balar Sulut
Kolase lumpang batu di Kabupaten Minahasa Selatan. Sumber: Balar Sulut
Kesemuanya itu memberikan edukasi bahwa sejarah masa lampau masyarakat Minahasa, dikenal sebagai komunitas petani yang religius. Sebaran lesung dan lumpang batu, membuktikan bahwa pada masa lampau, daerah itu sebagai pusat pengolah pertanian yang maju. 

Bahkan dalam beberapa tulisan saya sebelumnya, menyimpulkan bahwa daratan Minahasa, terutama di bagian selatan, merupakan daerah sentra pangan, memiliki surplus pangan sehingga mampu swasembada pangan.

Ketahanan pangan masa lampau, menjadi pelajaran berharga untuk pengembangan pertanian dan olah pangan di masa kini dan di masa yang akan datang. 

Demikian juga di Minasahasa lainnya, semisal Minahasa Tenggara, meskipun bukti-bukti temuan waruga terbilang minim, namun banyak ditemukan pula lesung dan lumpang batu. Karakter budaya yang sama dengan wilayah Minahasa Selatan. 

Dengan demikian, warna budaya antara Minahasa dan Minahasa Utara dengan Minahasa Sleatan dan Minahasa Tenggara berbeda, menunjukkan kemultibudayaan masa lampau dengan jelas dapat dilihat. 

Minasaha dan Minahasa Utara, identik dengan peti kubur batu waruga, sedangkan di Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara identik dengan budaya lesung dan lumpang batu. 

Meskipun berbeda karakter warisan budaya bendanya, namun kedua wilayah itu menunjukkan karakter tradisi dan budaya tak benda yang sama, yakni tradisi kerjasama dan gotong royong yang kuat. 

Menhir atau Batu Tumotowa ditemukan di Kab. Minahasa Selatan. Sumber: Balar Sulut
Menhir atau Batu Tumotowa ditemukan di Kab. Minahasa Selatan. Sumber: Balar Sulut
Warisan budaya di Sulawesi Utara, baik warisan budaya benda (tangible) maupun warisan budaya tak benda (intangible) menjadi sumber inspirasi dan media edukasi, menjadi sumber praktek baik (best practice) dalam bidang penguatan pendidikan dan pemajuan serta pemuliaan peradaban. 

Warisan budaya itu, dapat memberikan pelajaran penting berdasarkan nilai dan makna kebudayaannya tentang sejarah perkembangan peradaban sejak masa lampau ribuan tahun lalu, hingga masa sekarang di era kemajuan teknologi. 

Kita lihat, tradisi Mapalus atau gotong royong hingga sekarang masih dipraktekkan, tidak saja pada masyarakat tradisional di pedesaan, maupun masyarakat yang kehidupannya lebih modern di perkotaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun