Selain itu, profesi arkeologi sangat berhubungan dengan WFD, mengapa? karena arkeolog bekerja di lapangan, di situs-situs arkeologi yang bagi kami situs-situs arkeologi itu, baik yang sudah menjadi obyek wisata ataupun belum, bagi para arkeolog kami anggap sebagai lokasi wisata. Jadi arkeolog sebenarnya juga adalah traveler.Â
Oleh karena itu fenomena WFD bagi kalangan arkeolog, merupakan aktivitas keseharian kami. Kami hampir selalu bekerja di lapangan, di situs-situs yang mudah dijangkau, bahkan sulit dijangkau. Kadang kala bahkan lokasi-lokasi yang sebelumnya belum pernah dijangkau oleh siapa pun.Â
Namun, bagi para arkeolog lokasi situs sebagai lokasi penelitian adalah juga obyek wisata. Jadi WFD merupakan makanan kami sehari-hari para arkeolog.Â
Saat melakukan survei, kami bisa mengabadikan momen-momen itu, mengambil foto dan mempublikasikan lokasi-lokasi situs yang potensian sebagai destinasi wisata. Baik wisata budaya maupun sekaligus sebagai wisata alam.Â
Namun, bagi kalangan non arkeolog, WFD adalah fenomena yang bisa dianggap sebagai cara yang akan melahirkan tren baru dalam melakukan pekerjaan. Sekaligus juga tren baru hobi yang dibayar. Bekerja dari tempat tujuan wisata, adalah cara bekerja baru, berwisata sambil tetap produktif bekerja.Â
Di sisi lain, WFD juga adalah fenomena yang bisa melahirkan kebiasaan baru juga tren baru traveler yang bekerja untuk menghasilkan uang atau upah. Traveler atau pelancong yang sambil bekerja dan dibayar.Â
Meskipun dibayarnya bukan karena kegiatan traveling-nya, namun kegiatan traveling dilakukan sambil bekerja. Dan pekerjaannya itu yang menghasilkan bayaran. Kebiasaan bekerja sambil traveling itu, atau WFD itu secara tidak langsung menjadikan sekaligus sebagai profesi dan hobi yang dibayar.Â
Berwisata atau traveling sebagai hobi yang dibayar. Sungguh kebijakan Menteri Sandiaga Uno, saya akui sebagai langkah cerdas dan terobosan baru. Serta berpeluang melahirkan tren baru hobi yang dibayar.Â
Pekerjaan yang menyenangkan dan melahirkan traveler-traveler baru yang tetap produk pada bidang profesinya masing-masing, sejauh yang tetap bisa dikerjakan.Â
WFD bisa melahirkan atau memancing tumbuhnya tren baru, yakni profesi sebagai traveler, sekaligus justru menjadi hobi yang menghasilkan. Dengan kata lain bisa saya sebut sebagai wisata produktif.Â
Traveling produktif, menumbuhkan dan mempertahankan terjadinya perputaran uang bagi dunia pariwisata, sekaligus tetap mempertahankan pekerjaan atau profesi para traveler-traveler itu.Â