Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal dan Kembang Api, Spirit di Tengah Pandemi

25 Desember 2020   00:28 Diperbarui: 26 Desember 2020   01:55 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber; Balai Arkeologi Sulawesi Utara

Meski demikian, Indonesia memiliki modal sosial yang kuat, yakni kehidupan budaya gotong royongnya yang kuat. Kultur kekeluargaan diantara masyarakat Indonesia, adalah jiwa yang menghidupkan hati sanubari warga negaranya. 

Hati kecil kita, bagaimanapun persaudaraan adalah bersifat alamiah dan organik, ada dan melekat, hidup dalam keseharian masyarakat di seluruh Nusantara. 

Data arkeologi membuktikan, bahwa kehidupan kemultibudayaan adalah keniscayaan. Sejak ribuan tahun lalu, kemudian diwariskan oleh leluhur kita. 

Diwariskan sejak zaman batu ribuan tahun yang lalu hingga era komputer dan serba digital ini. Keadaan itu melekat dengan sendirinya, dan tak mudah diguncang oleh apapun, termasuk pandemi. 

Alam bawah sadar masyarakat Indonesia, membawa kebersamaan, kekeluargaan dan kehidupan gotong royong menjadi ruh kehidupan, menggerakkan nadi-nadi kehidupan. 

Seringkali saya katakan, bahwa akar kebudayaan kita adalah sikap hidup yang sudah diturunkan, diwariskan dari generasi ke generasi yaitu kehidupan penuh kekeluargaan, kerjasama, gotong royong senasib sepenanggungan. 

Hanya saja, kesejatian ini seringkali diuji oleh berbagai guncangan di setiap perjalanan zaman. Namun kesejatian tetaplah kesejatian, menjadi perekat yang selalu saja hadir, baik disengajakan maupun tiba-tiba hadir di berbagai momentum dan mewarnai kehidupan warga negara. 

Kehidupan budaya inilah yang harus senantiasa dijaga, dipertahankan dan diperkuat dalam setiap menghadapi guncangan. Kehidupan kemultibudayaan, adalah keniscayaan sejati, ruh kehidupan bangsa dan warga negaranya. 

Dengan demikian Natal tahun ini, dengan warna-warni kembang apinya, yang berpijar dan menggelegar di langit Indonesia, adalah spirit membangun kehidupan yang beranekaragam. 

Kehidupan yang multibudaya sebagai sebuah keniscayaan untuk selalu melahirkan semangat baru membangun Keindonesiaan yang Bhineka Tunggal Ika. Indonesia yang berbeda-beda namun tetap satu juga. Berbeda-beda namun tetap bersaudara. 

Pijar kembang api di Natal tahun ini, adalah simbol suka cita dan semangat membangun kehidupan Indonesia yang penuh persaudaraan untuk bekerjasama menghadapi pandemi. Dengan semangat itu, kita akan menang melawan pandemi Covid 19. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun