Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sakralitas Ayam dan Telur dalam Menu Hidangan Nusantara

17 Desember 2020   20:33 Diperbarui: 18 Desember 2020   18:07 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | sakralitas ayam dan telur. Sumber: Ilustrasi ketupat dan opor ayam, hidangan khas Lebaran di Indonesia. (SHUTTERSTOCK/ODUA IMAGES via KOMPAS.com)

Mengapa telur selalu dihidangkan dalam perayaan Maulid Nabi? dan juga perayaan Paskah? Ini adalah pertanyaan tentang sakralitas telur sebagai menu hidangan. 

Hidangan makan ayam dan telur juga selalu terhidang dalam setiap acara syukuran di Nusantara pada umumnya. Sepanjang yang penulis ketahui acara baca doa syukur di Jawa, Maluku dan Sulawesi. 

Sebagian diantaranya mengenal tradisi nasi berkat atau bancaan ataupun kenduri (istilah di Jawa), semacam syukuran doa selamat, dimana selesai melakukan doa syukur, para undangan yang ikut melakukan doa. 

Lalu ketika ritual doa selesai, meraka pulang membawa berkat (besek, istilah Jawa semacam tempat terbuat dari anyaman bambu yang kini lebih sering digantikan dengan Dos dari kertas), yang berisi nasi beserta sayur dan lauk pauk yang selalu ada diantaranya adalah ayam dan telur. 

Dengan demikian, ayam dan telur bukan hanya hidangan makanan yang lezat, namun juga mengandung makna sakral di dalamnya, karena selalu dihidangkan di setiap ritual-ritual keagamaan dan adat. 

Pada hampir seluruh wilayah nusantara, tradisi doa selamat atau doa syukur selalu dilakukan, dengan cara doa bersama. Dan dalam setiap doa bersama, selalu dilakukan acara makan bersama. 

Tradisi ini sebenarnya sudah ada sejak masa awal peradaban sejarah, ribuan tahun yang lalu. Masyarakat Nusantara, mengenal tradisi doa bersama dalam setiap aktivitas yang membutuhkan ritual khusus. 

Doa bersama, adalah dikenal sejak ribuan tahun lalu, ketika masyarakat nusantara mengenal pemujaan terhadap leluhur, tradisi yang kemudian terus berkembang dan hidup sampai sekarang. 

Lalu, dalam ritual doa bersama itu, selalu diikuti dengan acara makan bersama, dengan menu hidangan ayam dan telur yang selalu ada dalam setiap hidangan doa bersama itu. 

Di sini, ayam dan telur adalah jenis makanan yang menempati makna sakralitasnya dalam tradisi budaya di Nusantara. Ayam dan telur bukan sekedar makanan, dalam pengertian makna profan, atau duniawiah dan perilaku sehari-hari. 

Bukan soal hidangan lezat dan bergizi, tetapi ada makna alam ilahiah yang terkandung di dalam penyertaan ayam dan telur dalam setiap ritual doa bersama itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun