Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayah dan Anak Perempuan, dari Mitos hingga Budaya

8 November 2020   23:10 Diperbarui: 26 April 2021   13:51 22949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ayah dan anak (bermix studio/unsplash)

Dalam pandangan secara kultural, kedekatan anak perempuan sama ayahnya, atau wajahnya yang mirip ayahnya, dianggap sebagai kebaikan, sebenarnya dapat dirunut dalam konsep kepercayaan dan kebudayaan yang bersifat simbolik. 

Manusia adalah homo simbolicus (m), mahluk simbolik, yang selalu ada simbol dalam kehidupannya. Dalam kehidupan bersifat sosiologis ada interaksi simbolik. Dalam pandangan ini, hubungan ayah dan anak perempuan, bisa diartikan sebagai interaksi simbolik. 

Kedekatan ayah dan anak perempuan, merupakan akibat memaknai atau juga mengubah makna, atau bahkan menciptakan makna dan simbol. Bahwa ayah menjadi simbol pelindung, dan anak perempuan, simbol mahluk atau manusia yang lebih lemah. 

Hubungan ayah dan anak perempuan. Sumber: https://hellosehat.com/
Hubungan ayah dan anak perempuan. Sumber: https://hellosehat.com/
Anak perempuan sebagai simbol manusia atau mahluk yang lemah,  merasa lebih aman dan nyaman, ketika mengharapkan perlindungan dari seorang ayah, sebagai simbol manusia yang lebih kuat. 

Dia dianggap lebih mampu melindungi daripada sosok ibu. Demikian, bila relasi atau hubungan ayah dan anak perempuan itu dilihat dalam kacamata sosiologis, yang menempatkan manusia sebagai homo simbolicum, mahluk simbolik. 

Bagaimana jika dilihat dalam kacamata kultural atau budaya? Di atas sudah saya singgung soal mitos tentang anak perempuan yang mirip dan dekat dengan ayahnya. 

Mitos itu menempatkan hubungan ayah dan anak perempuan dalam kepercayaan yang positif. Mitos bahwa anak perempuan mirip dan dekat dengan ayahnya, dipercaya sebagai pertanda yang baik. 

Sebaliknya, jika anak perempuan mirip dengan ibunya, justru dianggap pertanda yang kurang baik. Mungkin kalimat ini, ketika dibaca menjadi narasi yang kurang elok, faktanya demikian adanya mitos itu. 

Sebenarnya saya ingin sekali mencontohkan fenomena mitos seperti itu yang sangat dipercaya oleh sebagian masyarakat. Beberapa contoh kejadian berdasarkan fenomena yang terjadi pada orang lain, yang kebetulan saya lihat dan saya ketahui. 

Namun, kiranya saya tidak mungkin menyampaikannya dalam ulasan ini. Hal ini karena sifatnya kasuistik dan khusus, tidak bisa digeneralisasi untuk semua orang dan kejadian atau fenomena. 

Saya ingin sampaikan lagi, bahwa semua unsur kejadian di muka bumi ini, selalu berhubungan dengan kosmologis. Ada faktor keseimbangan kosmos yang saling berhubungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun