Ia akan dengan senang hati menjalankan profesinya sebagai ibu rumah tangga, juga mencari nafkah. Demikian pula untuk suami, meskipun ia bertanggungjawab mencari nafkah.Â
Namun ketika istrinya sangat menghargai tindakannya membantu mengurus rumah tangga, maka suami juga menganggap tindakannya semakin bernilai bagi dirinya.Â
Dalam hal ini, maka satu lagi proporsi tindakan dalam teori pertukaran sosial yang penting adalah, proporsi nilai. Homans (1961) mengatakan, semakin besar nilai tindakan kepada orang lain, semakin besar pula orang tersebut melakukan lagi (hubungan nilai-tindakan).Â
Dalam proporsi tindakan bertukar peran suami dan istri, teori ini sebenarnya ingin mengatakan bahwa, kalau seorang suami memberi nilai tindakan terhadap apa yang dikerjakan istri semakin besar, maka seorang istri akan semakin besar pula kemungkinan seorang istri akan melakukan lagi tindakannya itu.Â
Mudahnya begini, ketika istri bekerja mencari nafkah, suami memberi penghargaan yang tinggi, maka semakin tinggi kemungkinan istri akan terus atau tetap bekerja mencari nafkah membantu suami. Demikian pula sebaliknya tindakan suami, membantu istri mengerjakan pekerjaan mengurus rumah tangga.Â
Jadi fenomena tukar peran rumah tangga, dalam kehidupan rumah tangga suami, istri bahkan anak dan orang tua, adalah fenomena yang dalam kacamata sosial budaya, seringkali terjadi dan lumrah.Â
Namun kondisi pertukaran peran dalam keluarga, sebagai unit sosial terkecil itu, mensyaratkan adanya dialog dan komunikasi untuk menghindari konflik.Â
Relasi dan Komunikasi Efektif dalam Rumah Tangga
Bagaimanapun, dalam kehidupan rumah tangga atau keluarga, potensi konflik adalah hal yang juga mengancam kehidupan keluarga, jika tak ada komunikasi efektif antara sesama anggota keluarga.Â
Pada intinya, tukar peran rumah tangga dalam hal ini khususnya pertukaran peran suami dan istri dalam keluarga adalah fenomena sosial yang sering dan lumrah terjadi. Keluarga adalah unit terkecil dari kehidupan sosial.Â
Artinya dalam kehidupan sosial, apa yang terjadi dalam kacamata makro sosial, juga terjadi dalam keluarga sebagai mikro sosial.Â