Mau ke mall, gampang ada banyak mall tersedia, juga berbagai jenis moda transportasi. Lalu hiruk pikuknya persaingan jasa, sehingga menawarkan berbagai kemudahan. Orang seperti tidak cukup waktu untuk peka terhadap lingkungan sosialnya. Bahkan hanya untuk sekedar tanya kabar dan mengetahui keadaan orang-orang terdekat.Â
Kondisi inilah yang lambat laun menciptakan budaya instan. Budaya instan ini juga dampak dari fenomena budaya urban yang menuntut adanya respon dan gerakan yang cepat. Kita dituntut bisa berpindah dalam ruang dan waktu dalam sekejap, karena gelombang besar yang selalu menuntut serba cepat.Â
Contohnya banyak, restoran cepat saji dan juga berbagai bidang jasa start up. Hal itu semua bentuk dari menjawab tuntutan serba cepat, di era arus teknologi apalagi pada masyarakat urban yang juga dikondisikan oleh lingkungannya.Â
Bahkan, seperti pada artikel saya sebelumnya ini juga membentuk gaya hidup dan tingkah laku manusianya. Dalam skala yang lebih luas, kemudian membentuk fenomena budaya baru. Fenomena budaya urban yang meliputi gaya hidup masyarakat urban adalah salah satu fakta perubahan budaya yang dimaksud. Â
Kesibukan aktivitas, mobilitas yang sangat tinggi dan padat, menciptakan kondisi serba harus cepat. Lalu, dalam skala yang masif, terciptalah budaya-budaya instan di pelbagai bidang kehidupan. Kencan online, ini hanya sebagian kecil saja dari bentuk nyata berbagai budaya instan yang tercipta.Â
Lingkungan urban yang serba padat, pesat dan cepat menuntut manusianya juga serba cepat. Tanpa memperhitungkan proses cepat diantara kungkungan yang padat dan pesat, kita akan serba ketinggalan. Semuanya terakumulasi dalam berbagai bidang kehidupan.Â
Demikianlah, sehingga melahirkan budaya instan, termasuk dalam hal perjodohan. Jadi kencan online ini adalah dampak dari budaya instan masyarakat urban.
Kencan Online adalah Alienisasi atau Keterasingan
Dalam puisi saya terbaru berjudul Wanita Dibalik Kaca, sebenarnya saya ingin memberi suatu majas atau kiasan, bahwa kencan online adalah bentuk perilaku keterasingan atau alienisasi. Demikian saya berpendapat. Alienisasi kultural, lebih tepatnya mungkin seperti itu. Kita akan semakin terasing dengan dunia kita sendiri atau budaya kita sendiri.Â
Atau baca pula cerpen saya berjudul Lelaki Yang Melukis Kekasih Pada Cermin di Kamarnya. Meskipun cerpen tersebut sebagai fiksi horor, sebenarnya juga berisi metafora atau majas, kiasan tentang bentuk keterasingan tokoh Dahlan. Ia menjadi sosok yang anti sosial, karena setiap hari hanya berbicara pada kekasih bayangan atau halusinasi pada sosok yang dilukisnya pada cermin di kamarnya.Â
Puisi dan cerpen yang saya tulis itu sebenarnya mengarahkan pada pemahaman tentang kiasan seorang yang terasing dengan dunianya, karena mengharapkan kekasihnya melalui percakapan yang semu. Wajah dibalik kaca ataupun lukisan pada cermin, merupakan metafora atau perumpamaan tentang aktivitas kencan online.Â