Kepedulian masyarakat adalah potensi, juga energi positif untuk bergeliat membangun. Kawasan Kota Lama Gorontalo, mungkin juga sebuah mimpi. Bagaimanapun, membangun kawasan kota lama bukan usaha yang mudah, meskipun juga bukan utopia. Tidak mudah, karena perkembangan kota yang cepat, bisa jadi mengancam wajah kota lamanya.Â
Kawasan bisnis juga semakin bergeliat. Dimana-mana hotel, mall dan pertokoan seakan berlomba berdiri. Satu sisi akan saling berebut lahan strategis. Sementara lahan-lahan strategis, banyak pula berdiri bangunan lama. Mana yang akan didahulukan? Mana yang akan dikorbankan. Â
Menurut Fitra Arda, Direktur Perlindungan Kebudayaan, kawasan kota lama selama ini dianggap beban pembangunan kawasan perkotaan. Hal ini wajar, karena dinamikanya kawasan kota lama mengalami pergeseran dan kemunduran. Kemudian ditinggalkan untuk berbagai aktivitas.Â
Banyak bangunan-bangunan lama, yang rusak dan tidak terawat dibiarkan begitu saja. Akibatnya kawasan menjadi tampak kumuh dan ditelantarkan.Â
Akibatnya banyak bangunan lama dihancurkan, diganti dengan bangunan-bangunan baru yang tidak kontekstual. Hal ini tentu menjadi tantangan untuk masyarakat dan pemerintah.Â
Di banyak kasus di dunia, kawasan kota lama di satu sisi bisa menjadi tulang punggung dalam peningkatan karakter dan sosial budaya, juga ekonomi masyarakat.Â
Oleh karena itu perlunya pentaan kota lama dalam mendorong bentuk produktivitas baru, juga pembangunan sosial, ekonomi dan budaya yang berkelanjutan.Â
Hal ini agar pembangunan kawasan kota lama, menjadi kekuatan baru bagi pembangunan ke depan. Bagaimana pembangunan kawasan kota lama, seperti halnya kawasan kota lama Gorontalo yang tengah diperjuangkan ini, dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan karakter atau identitas kota Gorontalo.Â
Artinya, keberadaan kawasan kota lama Gorontalo, harus bisa menjadi representasi atau mencerminkan karakter budaya masyarakatnya.Â
Perjalanan sejarah yang panjang itu, meninggalkan warisan budaya yang beragam. Diantara warisan budaya yang beragam itu, yang menjadi modal pembangunan yang paling potensial dalam menata kota adalah banyaknya bangunan-bangunan cagar budaya dari masa kolonial.Â