Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Geliat Membangun Kota Lama di Indonesia, Gorontalo Juga?

11 Oktober 2020   10:41 Diperbarui: 11 Oktober 2020   11:32 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Blenduk. Sumber: https://www.nativeindonesia.com/

Beberapa bangunan tinggalan kolonial di kota Gorontalo. Sumber: Balar Sulut/Irfanuddin W. Marzuki
Beberapa bangunan tinggalan kolonial di kota Gorontalo. Sumber: Balar Sulut/Irfanuddin W. Marzuki
Meskipun diantara bangunan-bangunan tinggalan kolonial, yang beserak, tidak semegah bangunan-bangunan kolonial yang ada di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Makassar atau kota lainnya. Namun masyarakat meyakini, Kota Gorontalo dengan kesederhanaan bangunan-bangunan kolonialnya, memiliki kekhasannya sendiri. 

Sayangnya, memang diakui banyak pula bangunan-bangunan kolonialnya sudah berubah, bahkan sudah hilang. Namun untuk menjadikannya sebagai kawasan kota tua atau kota lama, masih memungkinkan. Balai Arkeologi Sulawesi Utara, bersama Komunitas Gorontalo Tanah Pusaka, selama beberapa tahun ini snagat intens mengumpulkan data. 

Juga bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), saling mendukung dan melengkapi untuk memberikan pembobotan dengan rencana pembangunan Geopark yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo, sebagaimana disampaikan oleh Kepala Bappeda Provinsi Gorontalo, Budiyanto Sidiki dalam suatu waktu pertemuan diskusi yang digelar oleh Balai Arkeologi Sulawesi Utara. 

Rumah dinas Gubernur Gorontalo. Sumber: BPCB/Dit Perlindungan Kebudayaan
Rumah dinas Gubernur Gorontalo. Sumber: BPCB/Dit Perlindungan Kebudayaan
Fitra Arda, Direktur Perlindungan Kebudayaan, Kemendikbud dalam kesempatan itu sangat mendukung adanya pencanangan Kota Lama Gorontalo, namun perlu langkah-langkah awal sebagai prasyarat agar kawasan kota lama itu bisa diakui. Yaitu melalui penetapan-penetapan cagar budaya dan delineasi atau penentuan batas-batas kawasan kota lama itu sendiri.

Selain itu, selama ini pembangunan kawasan kota lama, dianggap sebagai beban tersendiri dalam suatu pembangunan. Oleh karena itu perlunya pentaan kota lama dalam mendorong bentuk produktivitas baru, juga pembangunan sosial, ekonomi dan budaya yang berkelanjutan. Hal ini agar pembangunan kawasan kota lama, menjadi kekuatan baru bagi pembangunan ke depan. 

Bagi Pemerintah Provinsi Gorontalo sendiri, sebagaimana yang disampaikan kepala Bappeda, pembangunan Kota Tua Gorontalo, merupakan sebuah aset dari rencana pembangunan Geopark dari aspek Cultural Diversity. Hal ini karena Kota Gorontalo yang lahir sejak 1728 lalu, memiliki tinggalan bangunan tua sebagai aset sebagai geosite Kota Tua Gorontalo dalam beberapa titik kawasan yang potensial di masa yang akan datang. 

Salah satu lanskap kota lama Gorontalo. Sumber: Bappeda Prov. Gorontalo
Salah satu lanskap kota lama Gorontalo. Sumber: Bappeda Prov. Gorontalo
Dalam rangka mendukung pembangunan Kota Tua Gorontalo, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melalui Balai Arkeologi Sulawesi Utara, dengan wilayah kerja meliputi Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Saat ini terus meningkatkan penelitiannya untuk penguatan basis data yang diperlukan. 

Balai Arkeologi Sulawesi Utara melihat pembangunan kota tua itu merupakan perihal yang kompleks, maka dibutuhkan sinergi lintas sektoral. Hal ini untuk mengoptimalkan kerja konkret pemerintah untuk kepentingan masyarakat. Balai Arkeologi Sulawesi Utara, sebagai lembaga riset, yang paling optimal ditawarkan adalah soal basis data. 

Inipun perlu disenergikan, sehingga data yang dikumpulkan tidak hanya data arkeologi dan cagar budaya, namun dibutuhkan multidisiplin untuk penguatan-penguatan data. Selain data cagar budaya, juga data sosial, ekonomi, tradisi dan ikon-ikon budaya lainnya yang spesifik yang bisa diangkat untuk penguatan dalam penetapan kota lama Gorontalo.  

Hal ini sejalan dengan pendapat Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, bahwa dalam pemmbangunan kawasan kota lama, itu ancangan yang komprehensif dan di dalamnya banyak kepentingan yang terlibat.

Oleh karena itu perlunya kerjasama antar stakeholder dalam upaya mewujudkankan Kota Lama Gorontalo. Selain itu menurut I Made Geria, Kepala Puslit Arkenas itu, dalam proses riset atau pengumpulan data dibutuhkan sinergi multidisiplin. Hal ini untuk menggerakkan budaya dalam pembangunan. Artinya Budaya, harus jadi motor penggerak dalam pembangunan Kota Tua Gorontalo yang berkelanjutan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun