Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lelaki yang Melukis Kekasih pada Cermin di Kamarnya

18 Oktober 2020   20:09 Diperbarui: 18 Oktober 2020   23:03 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kekasih yang dilukiskan wajahnya pada cermin. Sumber: studysocial.ru

Semua orang tahu, Sisca sudah menjadi mayat dan ruhnya sudah di alam baka. Tapi tidak bagi Dahlan, Sisca dianggapnya masih  hidup dan akan mendampingi sampai akhir hidupnya.  Sejak saat itu, Dahlan menyekutukan dirinya dengan Sisca. 

Dilukisnya Sisca pada cermin di kamarnya. Agar setiap saat di depan cermin, Sisca merupa dirinya. Dirinya merupa Sisca. Lalu setiap malam menjelang tidur Dahlan mengajaknya bicara. 

"Sisca, kenapa orang-orang menganggapmu sudah mati, padahal baru saja kita bertemu bukan" 

Kata Dahlan di suatu malam Jum'at itu, sehari setelah Dahlan menghabiskan waktu mencari inspirasi di tepi telaga. Dahlan adalah seorang penulis, juga pelukis yang seringkali mencari inspirasi di tepi telaga, tempatnya bertemu Sisca untuk pertama kali setelah 30 tahun lamanya berpisah, sekaligus terakhir kalinya sebelum Sisca dikhabarkan tewas bunuh diri. 

Ah.. bukan terakhir kalinya. Dahlan tak pernah sebenar-benarnya bertemu Sisca setelah 30 tahun berpisah. Dahlan hanya bertemu roh gentayangan Sisca. Sisca tak sempat bertemu Dahlan.

Sisca memang tak pernah mau bertemu Dahlan, sahabat masa kecilnya itu. Walaupun niat bertemu itu ada, bahkan jauh sebelum ia bunuh diri. 

"Iya Kang Dahlan, kita baru saja bertemu di tepi telaga, yang di dasarnya ada istana yang terbuat dari batu berwarna legam" jawab Sisca sedikit menunduk, dan sebagian wajahnya tertutup oleh rambut panjangnya itu. 

"Bohong. kamu bohong Sisca, kamu sudah mati, mengapa kamu bilang masih hidup, bukankah kamu mati bunuh diri terjun ke telaga itu" 

Kata Dahlan tiba-tiba marah dan bersuara keras pada lukisan pada cermin itu. Tak lama kemudian, Dahlan seperti ketakutan dan lari ke sudut kamar, menggulung badannya, meringkuk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. 

Dahlan berhalusinasi tentang Sisca. Seringkali Sisca hadir dalam tatapannya. Selalu saja Sisca berdiri di hadapannya, ketika malam menjelang. Sisca ada dalam bayangan Dahlan. 

Setiap kali Dahlan menghadap ke cermin lemarinya. Lama-lama, Sisca yang dilukisnya di cermin lemarinya, selalu hidup dan setiap malam, Sisca merupa wujud manusia sebenarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun